MANGUPURA, BALIPOST.com – Warga Badung yang bermukin di wilayah Kerobokan Kelod dan Kuta Selatan mengeluhkan tingginya harga Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 Kilogram. Harga gas melon di kisaran Rp 25 000 hingga Rp 30.000, dinilai tidak wajar lantaran jauh di atas harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 18 ribu.
“Di daerah Kerobokan Kelod dan Kuta selatan harga LPG dari Rp 25.000 sampai kadang Rp 30.000. Ini sudah terjadi berbulan-bulan,” kata salah seorang warga yang enggan disebut namanya.
Kepala Bagian Perekonomian Setda Badung, Anak Agung Sagung Rosyawati saat dihubungi Rabu (20/3) mengatakan pembelian gas bersubsidi kini harus melalui pangkalan, sehingga harga tidak melampaui HET. “Kami sudah koordinasi dengan Kabag SDA dan pihak Pertamina tidak ada pengurangan pengiriman sesuai kebutuhan kuota harian. Namun, yang jelas ada kebijakan baru Pertamina untuk LPG subsidi 3 kilogram, membelinya sekarang langsung di pangkalan untuk menghindari harga yang melebihi HET,” ungkapnya.
Menurutnya, pihak pangkalan tidak dibolehkan membawa gas ke pengecer-pengecer, menghindari biaya transportasi yang akan menaikkan HET. Pun konsumen yang membeli ke menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) untuk pembeliannya di pangkalan.
“Selama awal Maret sampai 19 Maret sudah ada 84.600 tabung. Kemarin (Senin 19/3) ada ke daerah Kuta Selatan sekitar 4.925 tabung, jadi kata pihak Pertamina tidak ada pengurangan pengiriman sesuai kebutuhan kuota harian,” terangnya.
Pihak Pertamina, kata Rosyawati masih melakukan penelusuran di SPBU atau pangkalan mana ada kekosongan di Kuta Selatan. “Supaya pasti pengalihan kuota diarahkan ke pangkalan yang membutuhkan di Kuta Selatan,” ucapnya. (Parwata/balipost)