NEGARA, BALIPOST.com – Setiap enam bulan sekali, tepatnya saat Hari Raya Kuningan, Desa Adat Nusasari menggelar tradisi Napak Pertiwi di Pura Penataran Ped. Di desa adat yang terbagi menjadi enam banjar adat ini, terdapat empat Pura Ped di antaranya di Banjar Nusasari, Banjar Nusasari, Anyarsari, Anyarsari Kangin dan Nusasakti.
Di setiap ritual tersebut, masing-masing pangempon banjar melaksanakan nglanglang atau berkeliling di wewidangan pura tersebut berada. Namun, untuk pertama kalinya pada Kuningan ini, digelar napak pertiwi pengaci alit yang dipusatkan di catus pata desa setempat.
Bendesa Adat Nusasari, I Wayan Timpuh mengatakan dalam pelaksanaan napak pertiwi kali ini dipusatkan di catus pata dengan pengaci alit. Tanpa mengurangi filosofinya, dipusatkan dengan diiringi tarian calonarang.
Dalam prosesi tradisi ini, benda-benda wingit atau sakral, tapakan dan rangda sami tedun. Dan baru kali ini dilaksanakan menambah hal yang belum dilakukan di masing-masing banjar setiap Kuningan. Termasuk kesenian drama calonarang.
Desa Dinas bersama desa adat berkomitmen melestarikan prosesi ini sebagai sarana kebudayaan yang selalu wajib dilaksanakan. Ada penambahan yang sifatnya sakral, ngaci alit.
Ida Betara masolah napak pertiwi. Hubungannya dengan kesakralan budaya dan agama. Tradisi ini digelar sejak pura berdiri dan wajib dilaksanakan setiap enam bulan sekali atau pada Kuningan.
Desa adat bersama desa dinas berkolaborasi saling mendukung untuk mempertahankan agama dan budaya. Desa Adat Nusasari merupakan salah satu desa adat yang berada di Kecamatan Melaya. Terbagi menjadi enam banjar, desa adat ini memiliki sejumlah tradisi yang tetap dipertahankan. (Surya Dharma/balipost)