NEGARA, BALIPOST.com – Menjadi salah satu alat transportasi tradisional di Kabupaten Jembrana, eksistensi dokar mengalami kondisi yang negatif. Dari sisi jumlah, dokar kini hanya bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar para pemilik dokar menjual kuda mereka. Mereka kalah bersaing dengan sarana transportasi lainnya dan para kusir memilih beralih profesi.
Ngurah Putu Arnyana, salah satu kusir dokar yang masih aktif mengatakan, merosotnya jumlah dokar karena berbagai faktor. Salah satunya persaingan dengan transportasi modern. Kini, hanya tersisa enam unit dokar di wilayah tersebut.
Akibat kalah bersaing, pendapatan dokar dibanding biaya pemeliharaan sering tidak seimbang. Alhasil, kebanyakan dokar dijual ke
pulau Jawa. “Kadang dapat Rp200 ribu dan kadang bisa tidak dapat, tetapi biaya pemeliharaan bisa sampai Rp50 ribu per hari,” ungkapnya.
Selama ini, dokar sering mangkal di Pasar Umum Negara. Begitu juga di Gilimanuk, sempat menjadi alat transportasi dari pelabuhan ke terminal atau Pasar Gilimanuk, kini dokar sudah tidak ada. Dulu, di era tahun 1980-an, dokar menjadi sarana transportasi pilihan dan jumlahnya hingga ratusan. Bahkan dulu, dibuat khusus areal untuk mangkal atau menunggu antrean penumpang khusus dokar di gang kecil Lingkungan Ketugtug.
Jumlah dokar kemudian terus menurun tiap tahunnya. Dengan kini masih sisa jumlah hanya enam dokar, jauh merosot dibanding pada tahun 2015 tercatat sebanyak 15 buah dokar.
Untuk menjaga eksistensi dokar, Bupati Jembrana, I Nengah Tamba siap memberikan bantuan sebagai stimulan agar dokar tetap eksis. Tahun ini dirinya telah menganggarkan bantuan senilai Rp7 juta per dokar guna mendandani dokar yang telah usang sehingga lebih cantik, bersih, dan siap melayani penumpang. Bantuan juga termasuk seragam untuk para kusir dokar. “Kami juga tengah merancang titik-titik wisata bagi keberadaan kusir dokar sehingga keberadaan dokar nanti tidak hanya sebagai moda transportasi tapi bagian ekosistem pariwisata,” ujarnya, akhir pekan lalu.
Peran dokar, menurut Bupati Tamba, tidak hanya sebagai sarana transportasi tapi juga kaya akan nilai budaya dan sarat sejarah di Jembrana. Dengan jumlahnya yang kini makin minim, Ia khawatir kalau tidak diperhatikan dokar-dokar ini akan makin tergerus bahkan punah. Diakui, kemunculan moda transportasi modern menjadi salah satu pemicu berkurangnya dokar dan generasi penerus kusir dokar juga yang sangat minim.
Bupati Tamba juga berencana untuk mengembangkan dokar sebagai salah satu moda transportasi pariwisata. “Kita akan mengintegrasikan dokar dengan berbagai destinasi wisata di Jembrana, nantinya dokar akan kita parkirkan khusus agar memiliki ciri khasnya. Misalnya di depan kebun raya Jagatnata serta di depan Puri Negara ” jelasnya.
Keberadaan dokar pariwisata nantinya diharapkan mampu mengembalikan kenangan masa dulu dimana Jembrana terkenal akan kendaraan dokar. (Surya Dharma/balipost)