Danau Batur menjadi sumber utama pengairan pertanian di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli, Sabtu (10/2/2024) (BP/Ant)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat dan instansi terkait lainnya dianjurkan untuk mengoptimalisasi penampungan air guna menghadapi musim kemarau di Bali. Demikian dianjurkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Mengoptimalkan penampungan air sisa musim hujan untuk memenuhi danau, waduk, embung, dan tempat penyimpanan air lainnya,” kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Bali Aminudin Al Roniri di Denpasar, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (25/3).

Selain menampung air, ia mengajak masyarakat dan petani agar menggunakan air dengan hemat untuk menekan risiko penurunan hasil panen pada lahan sawah.

Baca juga:  Hilangkan Stres saat Pandemi, Nimas Pilih Kembangkan Diri dengan Kuliah S3

Selama musim peralihan dari hujan ke kemarau atau musim pancaroba, BMKG meminta masyarakat mewaspadai potensi angin kencang, hujan deras dalam waktu singkat, serta puting beliung, yang diperkirakan pada Maret-Mei 2024.

Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali meminta masyarakat antisipasi musim kemarau antara lain denganbudi daya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, mewaspadai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan semak dengan tidak melakukan pembakaran tanpa pengawasan.

Selain itu hemat penggunaan air serta memperbarui informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG.

Baca juga:  Terdampak Pandemi Covid-19, Koperasi dan UMKM Kota Denpasar "Tumbang"

Kepala Pelaksana BPBD Bali Made Rentin menambahkan selama 2023 total bencana karhutla mencapai 107 kejadian yang banyak terjadi saat musim kemarau.

Ia merinci karhutla paling banyak terjadi di Kabupaten Buleleng sebanyak 35 kasus, Kabupaten Karangasem sebanyak 26 kasus, dan Kabupaten Bali sebanyak 22 kasus.

Selanjutnya di Kota Denpasar sebanyak delapan kasus, Kabupaten Badung delapan kasus, kemudian Kabupaten Klungkung dan Jembrana masing-masing tiga kasus, serta Kabupaten Gianyar dan Tabanan masing-masing satu kasus.

Baca juga:  Masih Minim, Warga Bali Punya dan Paham STB

Selain itu selama 2023 ada 41 bencana kekeringan yang ditangani, dengan terbanyak di Kabupaten Jembrana sebanyak 23 kasus, Kabupaten Buleleng ada 16 kasus, kemudian Kabupaten Bangli dan Karangasem masing-masing satu kasus.

Berdasarkan analisis Balai BMKG Wilayah III Denpasar, Bali sudah memasuki musim kemarau pada pertengahan Maret 2024 secara bertahap di sejumlah wilayah yang terbagi dalam 20 Zona Musim (ZOM).

Musim kemarau di Bali diperkirakan terjadi pada Maret-Juni kemudian puncaknya pada Juli-Agustus 2024. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN