DENPASAR, BALIPOST.com – Kebangkrutan tak membuat Komang Yudi Arsana patah semangat. Pria yang merupakan pemilik Bali Tedung Nusa Island ini mencoba bangkit dengan meminjam kredit di BRI.
Diwawancarai Selasa (26/3), ia menuturkan jatuh bangunnya usaha payung adat Bali (tedung) yang kini sudah bisa ekspor ke sejumlah negara di Eropa itu. “Dulu sekitar 2006 sempat bangkrut. Kemudian saya pinjam kredit di BRI. Awalnya Rp10 juta dan bisa dikembalikan dalam waktu setahun. Kemudian bertahap, pinjaman bertambah dan sampai saat ini masih jadi nasabah kredit BRI,” ungkap pria yang memiliki rumah produksi di Dusun Pangkung Jelati, Desa Yeh Sumbul, Jembrana ini.
Ia pun mengatakan tedung merupakan payung yang dipasang umat Hindu di pura, pelinggih, maupun tempat yang disucikan. Bentuk fisik Tedung Bali ini secara garis besar terdiri dari dua bentuk yaitu “Tedung Agung” dan “Tedung Robrob” serta masing-masing bentuk ini menggunakan ukuran dan warna yang bervariasi sesuai dengan inovasi perajin. Di payung dilukis motif khas Bali yang makin menunjukkan ciri khas tradisi yang kental.
Seiring perjalanan waktu, tedung adat ini ternyata dilirik oleh wisatawan asing yang berlibur di Bali. Mengingat, di beberapa hotel pun, ada yang menjadikan tedung sebagai salah satu aksesoris yang menjadikannya lebih memiliki ciri khas Bali.
Para wisatawan asing ini, tutur Yudi, mulai memesan tedung dan membawanya ke negara mereka. Akhirnya, ia pun mulai mengekspor tedung ke beberapa negara, seperti Spanyol dan Inggris. Sebulan, ia mengaku bisa memasarkan tedung hingga 2 kontainer berkapasitas 40 feet ke Eropa. “Di luar negeri, tedung ini sebagai landmark Bali. Kalau sudah ada payung di rumahnya, mereka mengatakan serasa di Bali,” ujar Yudi.
Saat ini, ia mempekerjakan sekitar 80 orang yang seluruhnya merupakan warga lokal. Alasannya, ia ingin membantu meningkatkan pendapatan masyarakat di desanya.
Untuk showroom, saat ini terdapat di dua lokasi, yaitu di Sebual, Jembrana dan Tegallalang, Gianyar.
Mengingat produknya sudah diekspor, kontrol kualitas dan penggunaan material yang sesuai dengan kebijakan negara importir juga harus dipenuhi.
Selain menjadi nasabah kredit BRI, Yudi pun di 2023 lalu diajak BRI dalam program UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur. “Saya ditawari BRI Negara untuk ikut dalam kegiatan ini. Kebetulan saya pun ingin mengembangkan pemasaran agar bisa dikenal masyarakat luas,” sebutnya.
Dari kegiatan yang berlangsung selama 4 hari itu, 7-10 Desember 2023, di Jakarta Convention Center, ia mengaku banyak manfaat yang diperolehnya. Terutama, ia dapat bertemu dengan pelaku UMKM lain yang bisa diajak kerja sama dalam pemasaran produk.
Tak hanya pameran, BRI juga memberikan pendampingan berupa pelatihan dalam banyak hal, terutama di pemasaran online. “Kebetulan ada Brilianpreneur. Sangat bersyukur membantu kami,” katanya.
Ia mengaku banyak berubah dari segi pola pikir (mindset), terutama pada pemasaran. Karena ada pemasaran yang tidak begitu dikenalnya, seperti lewat online. Sehingga dengan Brilianpreneur ini, dirinya pun diperkenalkan cara memasarkan secara online.
Untuk buyer dari luar negeri, ia mengaku ada satu buyer yang memperlihatkan ketertarikan terhadap produknya setelah mengikuti Brilianpreneur. Namun, belum ada kesepakatan untuk transaksi.
Ia berharap, ke depannya, baik pemerintah maupun swasta, bisa memberdayakan UMKM lewat kerja sama dan pendampingan. Ia juga berharap bisa diajak berpameran, baik itu dalam maupun luar negeri, untuk memperluas pemasaran dan pengembangan usahanya.
Sementara untuk pelaku UMKM lain, ia berpesan agar jangan takut berusaha. “Pesan saya pada pengusaha, jangan takut berusaha. Karena saat ini ada Brilianpreneur yang bisa membantu,” tutupnya.
UMKM Go Global
Terpisah, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto belum lama ini mengatakan program UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur memberikan dampak masif terhadap upaya UMKM agar go global dan go international. Pada perhelatan di 2023, tercatat nilai penjualan business matching yang berhasil dibukukan senilai 81,3 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,26 triliun (dengan asumsi kurs Rp 15.500 per dolar AS).
Business matching tersebut dilakukan oleh 86 buyers yang berasal dari 30 negara (dari target 80 buyers dari 25 negara), di antaranya dari Australia, Kanada, Taiwan, Australia, Singapura, Malaysia, dan UAE atau Uni Emirat Arab bersama dengan 85 peserta UMKM.
Nilai kesepakatan melalui business matching tersebut terus bertambah dari tahun ke tahun penyelenggaraan event ini. Seperti diketahui pada 2019 nilai business matching mencapai 33,5 juta dolar AS, naik pada 2020 menjadi 57,5 juta dolar AS dan pada 2021 kembali meningkat menjadi 72,1 juta dolar AS.
Kemudian pada 2022 lalu nilainya menembus 76,7 juta dolar AS. “Peran BRI sebagai perusahaan BUMN tidak terbatas pada fungsi financial intermediary semata namun juga memiliki fungsi dalam pemberdayaan (empowerment) bagi UMKM sehingga dapat menjadi penggerak ekonomi nasional,” kata Catur dikutip dari keterangan tertulisnya. (Diah Dewi/balipost)