BANGLI, BALIPOST.com – Keberadaan ikan red devil di Danau Batur, Kintamani selama ini banyak dikeluhkan nelayan. Sebab predator ini mengganggu dan mengancam populasi ikan di danau setempat.
Untuk mengendalikan populasi ikan predator itu, Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Kabupaten Bangli I Wayan Sarma mengaku pihaknya bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali telah merancang beberapa rencana aksi. Rencana aksi yang akan dilakukan antara lain dengan menggalang donatur untuk nantinya dapat membeli ikan red devil hasil tangkapan nelayan. “Aksi ini sifatnya taktis, dalam waktu cepat. Kami akan coba menggalang donatur untuk merangsang nelayan menangkap ikan red devil. Nantinya ikan red devil hasil tangkapan nelayan akan dihargai/dibeli,” ungkapnya Selasa (26/3).
Rencana aksi lainnya yakni dengan memfasilitasi kerjasama nelayan dengan beberapa unit pengolahan ikan yang ada di Pengambengan, Jembrana. Kata Sarma, di sana terdapat 7 usaha perikanan yang mengolah ikan menjadi tepung bahan baku pakan ternak. “Kami akan kerjasamakan antara kelompok nelayan kita dengan pengusaha di sana,” ujarnya.
Upaya lainnya yang akan dilakukan untuk menekan populasi ikan red devil yakni dengan meningkatkan SDM melalui pelatihan pengolahan red devil menjadi kuliner. Dikatakan bahwa saat ini sudah ada dua kelompok wanita tani di Bangli yang aktif mengolah ikan red devil menjadi kuliner. Hanya saja serapan ikannya masih rendah.
Disampaikan Sarma bahwa ikan red devil bukan hewan endemik di Danau Batur. Diperkirakan ikan predator itu sudah ada ke Danau Batur sejak beberapa tahun lalu.
Perkembangan ikan red devil di Danau Batur sangat pesat. Keberadaan ikan tersebut mengancam populasi ikan endemis di Danau Batur. Sedikitnya ada 17 jenis ikan endemis di Danau Batur. “Kami khawatir ikan endemis yang ada akan punah karena serangan red devil,” kata Sarma. (Dayu Swasrina/balipost)