DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus Flu Singapura tengah merebak di Indonesia. Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) angkanya kini bahkan mencapai lebih dari 5 ribu kasus. Meskipun demikian, penyakit dengan sebutan medis hand, foot, and mouth disease (HFMD) ini diklaim belum terdeteksi di Bali.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. I Nyoman Gede Anom, Rabu (3/4), mengatakan belum ada laporan terkait kasus itu. “Sementara belum ada laporan dari kabupaten/kota,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. I Nyoman Gede Anom, Rabu (3/4).
Kendati mengaku belum ada laporan kasus di Bali, Gede Anom meminta agar masyarakat perlu mengetahui penularan Flu Singapura. Dikatakan, Flu Singapura sendiri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh paparan virus.
Pada dasarnya, Flu Singapura merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Namun, penyakit satu ini cukup mudah menular, terutama pada anak usia di bawah 5 tahun.
Penyakit ini disebabkan adanya Coxsackie Virus A16 (cox 16) dan Enterovirus 71 (EV 71). Virus ini termasuk dalam kelompok virus RNA yang menyebabkan lesi pada telapak tangan, telapak kaki, dan mulut.
Lebih lanjut Anom, menjelaskan bahwa penularan Flu Singapura ini hampir sama dengan COVID-19, yakni ada kontak dengan penderita atau droplet. Penularan terjadi saat virus masuk ke saluran pernapasan dan diteruskan ke faring atau tenggorokan, masuk ke usus dan memperbanyak diri.
Selanjutnya menyebar ke kelenjar limfe dalam waktu 24 jam. Dan akhirnya muncul gejala lengtingan pada kulit di sekitar mulut dan telapat tangan dan kaki.
Untuk mencegah penularan penyakit ini, Gede Anom menyarankan agar segera mengisolasi anak jika terdiagnosa Flu Singapura atau HFMD. Yang tak kalah penting adalah memenuhi asupan gizi serta cairan untuk menjaga daya tahan tubuh anak.
Berikan pengobatan simtomatik jika anak demam dan istirahat yang cukup. “Peran kami di dinas kesehatan tentu tetap dengan mengutamakan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat, red) yang sudah selalu dilakukan oleh promkes, baik di provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas,” tandas Anom.
Ia mengatakan bahwa sampai saat ini vaksinasi untuk HFMD belum ada di Indonesia, sehingga pencegahannya harus dilakukan. Caranya, menjaga kebersihan, sering mencuci tangan terutama jika kontak dengan penderita, sanitasi peralatan makan atau mainan anak. (Ketut Winata/balipost)