Perajin sedang bekerja membuat kerajinan batu paras Taro. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Suara orang bekerja terdengar ramai di workshop usaha kerajinan batu padas (paras) Taro milik I Wayan Parnata pada Jumat (12/4) siang. Parnata pun ikut terjun langsung membuat beragam produk dari paras Taro, yang umumnya digunakan di tempat peribadatan umat Hindu tersebut.

Parnata menuturkan sudah sejak lama, Desa Taro yang terletak di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar memang terkenal dengan kerajinan paras Taro. Bahkan di Banjar Belong, tempatnya berasal, hampir 75 persen penduduknya berkecimpung dalam usaha kerajinan ini.

Sebelum 2018, usaha yang ditekuni masyarakat masih bersifat sporadis. Mereka bekerja sendiri-sendiri. “Klaster usaha paras Taro terbentuk pada 2018. Tapi usaha saya misalnya, sudah ada sejak 2008,” ungkapnya.

Pembentukan klaster usaha ini diakui tak terlepas dari pembinaan yang diberikan BRI lewat program “Klasterku Hidupku.” Ia mengatakan mantri BRI yang melakukan pendekatan pada perajin untuk membentuk klaster usaha. “Awalnya itu saya kan terkendala modal usaha untuk memperluas bisnis saya, lalu ada Mantri BRI yang mengajukan usaha saya ke program Klaster Usaha,” sebutnya.

Baca juga:  Berharap Gubernur Perbaiki Kamar Ganti Stadion Ngurah Rai
Perajin sedang membuat produk dari paras Taro, (BP/Istimewa)

Sejumlah kredit untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) digelontorkan pada anggota klaster yang jumlahnya mencapai 30 orang. “Pemberian KUR ada banyak macamnya. Ini untuk memajukan usaha paras Taro,” sebutnya.

Parnata yang merupakan Ketua Klaster Paras Taro ini menyampaikan pihaknya sangat berterima kasih atas dukungan dari BRI. Dukungan BRI disebutnya sangat membantu kemajuan usaha para anggota dalam memperluas bisnisnya.

Dukungan dari BRI sendiri berupa akses layanan keuangan, serta pembinaan, hingga bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha.

Klaster Usaha Paras Taro menghasilkan berbagai produk kerajinan yang kebanyakan memang berhubungan dengan tempat peribadatan umat Hindu. “Pemberian bantuan peralatan untuk pembuatan produk paras Taro diberikan BRI pada 2019, sebelum pandemi melanda,” sebutnya.

Beberapa produk mereka seperti pelinggih, angkul-angkul, dan tembok. Produk yang mereka buat dipasarkan dengan harga beragam. Satu set pelinggih termurah bisa dipasarkan Rp 700 ribu tergantung ukuran dan yang paling mahal Rp 5 juta. “Tergantung motif yang diminta konsumennya,” jelas Parnata.

Baca juga:  Ditarget, 20 Ribu Pelaku UMKM Manfaatkan Lamikro
Perajin sedang membuat produk dari paras Taro, (BP/Istimewa)

Untuk omzet, ia mengakui tak tentu, tergantung jumlah pesanan yang diterima klaster usaha. Jika dirata-ratakan, ia mengatakan kisarannya mencapai Rp 5 hingga 10 juta per bulan. “Memang kalau perajin itu penghasilannya tidak tetap jumlahnya, tapi bisa rutin dapat setiap bulan. Perajin itu sendiri kan juga musiman. Kalau di Bali ada momen yang namanya Purnama Kadasa dan Purnama Kapat, itu biasanya mulai banyak pesanan pelinggih jadi kita bisa mendapatkan penghasilan lebih,” jelasnya.

Pemasaran produk paras ini ternyata tidak hanya di Bali. Ia mengatakan pihaknya telah mengirim sejumlah produk ke Lombok, Jakarta, Bogor, hingga Lampung. Ini, mengingat cukup banyak umat Hindu yang berdiam di wilayah-wilayah tersebut.

Ia pun mengakui berkat BRI, klaster usahanya sudah jauh lebih berkembang. Parnata berharap usahanya bisa semakin berkembang. “Harapannya adalah klaster usaha ini semakin maju dan juga semoga bisa mendapatkan permodalan dengan agunan rendah dari BRI, jadi bisa membantu memperluas usaha.”

Baca juga:  Dukung Percepatan Pengembangan Pasar Uang, Ini Tiga Strategi Utama BRI

BRI lewat program “Klasterku Hidupku” menjadi wadah ampuh bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan setiap bisnis yang dijalani. Belum lama ini, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengungkapkan bahwa BRI memiliki komitmen untuk terus mendampingi dan memberdayakan pelaku UMKM lewat program Klasterku Hidupku. “Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha saja tapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya, sehingga UMKM dapat terus tumbuh dan semakin tangguh,” ungkap Supari dikutip dari keterangan tertulisnya.

Menurutnya, kehadiran Klasterku Hidupku sangat bermanfaat bagi kelompok usaha dalam mendapatkan dukungan program pemberdayaan. “Semoga apa yang ditunjukkan klaster usaha ini menjadi motivasi dan cerita inspiratif dapat ditiru oleh kelompok-kelompok usaha lainnya di berbagai daerah,” tegas Supari. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN