GIANYAR, BALIPOST.com – Kawasan Puri Agung Ubud menuju Setra Dalem Puri (Peliatan) dari pagi hari sudah dipenuhi ribuan wisatawan, Minggu (14/4). Mereka tumpah ruah menyaksikan acara pelebon Tjokorda Bagus Santaka.
Almarhum yang merupakan putra mantan Bendesa Pakraman Ubud Newata Tjokorda Agung Suyasa ini wafat pada 1 Februari di usia 64 tahun. Ribuan wisatawan nampak memadati Perempatan Catus Pata Ubud untuk menyaksikan prosesi rangkaian acara pelebon.
Wisatawan banyak mengabadikan bade tingkat sembilan (Tumpang Sia), Naga Banda dan Lembu. Mereka pun nampak ramai memadati jalur yang dilalui ribuan warga mengarak Lembu dan Bade menuju Setra Dalem Puri.
Tjokorda Raka Kerthyasa yang merupakan Panglingsir Puri Saren Kauh, Puri Agung Ubud, Minggu (14/4), mengatakan ramainya warga maupun wisatawan yang hadir ini berimbas pada kemacetan. “Ini realita yang seharusnya terjadi dan merupakan bagian dari kreativitas dalam wujud tampilan ritual dan budaya,” ucap pria yang akrab disapa Cok Ibah ini.
Cok Ibah menjelaskan pelaksanaan kegiatan palebon akan berdampak positif terhadap sektor pariwisata di Ubud pada khususnya. Bagi wisatawan mungkin ada yang tidak pernah menonton upacara pelebon sehingga ini bagian keunikan yang tidak bisa dilihat di seluruh dunia.
Dipaparkannya, pelaksanaan rangkaian kegiatan pelebon tentu berdampak ekonomi, terutama pergerakan sektor pariwisata termasuk dampak sosial dan psikologis untuk orang lokal. “Di sini terpenting ada toleransi pemerintah dan desa adat mengantisipasi terjadinya kejadian seperti kecelakaan dan keselamatan wisatawan termasuk warga yang terlibat dalam pelebon,” tuturnya.
la menambahkan kegiatan pelebon ini sebenarnya bukan sebuah festival melainkan sebuah yadnya atau persembahan. Prosesinya diakui Cok Ibah memang terlihat sebagai sebuah festival di mata wisatawan. “Tapi inti patokannya upacara pelebon di Puri Agung Ubud merupakan sebuah ritual sehingga spirit perlu kita jaga yaitu upacara, tatwa dan etika/susila,” jelasnya. (Wirnaya/balipost)