DENPASAR, BALIPOST.com – Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Prof. Philip K. Wijaya menyampaikan bahwa Permabudhi saat ini sedang memperjuangkan pemasangan Chattra di Borobudur.
Chattra atau payung di puncak Candi Borobudur diyakini akan semakin memperkuat aspek spiritualitas dan menjadi kesempurnaan Borobudur sebagai tempat peribadatan. Tak sebatas untuk umat Buddha, pemasangan ini juga akan menjadi energi baru bagi Indonesia.
Bagi umat Buddha, pemasangan chattra diyakini memberikan dampak spiritualitas yang sangat mendalam. Apalagi saat pemugaran Borobudur yang dipimpin Theodoor van Erp pada kurun 1907-1911 silam, chattra diyakini pernah terpasang megah di puncak stupa utama.
Tak hanya itu, sejarah adanya chattra ini juga telah banyak diceritakan dalam berbagai kitab maupun literatur. Seperti dalam kitab Lalitawistara Sutra yang menyebut kata payung berkali-kali. Tak hanya itu, kitab Lalitawistara Sutra ini juga terukir dalam 120 keping relief di badan Candi Borobudur.
Selain tertuang dalam Lalitawistara Sutra dan Gandawyuha Sutra, istilah chattra juga ditemukan dalam kisah-kisah Jataka, Awadana dan Karmawibhangga Sutra. Kisah-kisah Jataka dan Awadana pun terukir dalam 720 keping relief di Candi Borobudur. Payung tersebut tergambar di mana para brahmin dilindungi oleh payung di atas kepalanya.
Ia mengatakan berbagai kajian telah diajukan dalam rekomendasi ke UNESCO. Menurutnya, hal ini akan mengukir sejarah yang sangat agung bagi umat Buddha yang ada di Indonesia.
“Jadi Permabudhi adalah rumah besar yang didirikan, dibangun, ditempati dan dipelihara oleh kita semua yang ada didalamnya. Esensi dasar ini harus kita pahami dan insafi karena ini menjadi spirit bagi kita semua untuk rasa memiliki, dan kita perjuangkan bersama-sama,” kara Philip saat Musyawarah Kerja Daerah ke-1 Permabudhi Bali yang diselenggarakan di Maha Vihara dan Pusdiklat Buddha Maitreya Bali pada Sabtu (13/4).
Ia mengajak agar Permabudhi Bali dibangun menjadi organisasinya kuat dan solid. “Sistem harus dibangun, agar terbentuk standarisasi organisasi yang utuh, sehingga dapat berkelanjutan, jadi tidak tergantung kepada siapa ketuanya, sistem yang nantinya terbangun, akan terus diperbaiki dan ditingkatkan agar lebih sempurna. inilah yang harus kita wujudkan bersama,” katanya.
Sementara itu, Ketua Permabudhi Bali Hery Sudiarto mengatakan, nama Persatuan dicetuskan dan diperjuangkan agar dipakai sebagai awal nama organisasi oleh Bante Paññavaro. “Sama seperti kita sabagai orangtua memberikan nama kepada anak pasti namanya mengandung makna yang terkandung didalamnya dan membawa pesan yang harus dihayati dan diwujudkan,” sebutnya.
Pj. Gubernur Bali yang diwakili Kepala Kesbangpol Drs. I Gusti Ngurah Wiryanata menggarisbawahi pentingnya revitalisasi dan reaktualisasi program kerja Permabudhi Bali untuk meningkatkan kinerja organisasi. Musda ini menurutnya mengindikasikan telah berjalannya proses demokrasi pada suatu organisasi.
“Saya berharap dengan dilaksanakan acara Pelantikan dan Pengukuhan agar dapat membuat program kegiatan berdasarkan pemikiran yang baik dan jernih serta berorientasi pada revitalisasi, reaktualisasi pada program kerja secara optimal sehingga Permabudhi Bali Periode 2024-2028 sebagai mitra Pemerintah Daerah dapat meningkatkan prestasi dan kinerja organisasinya,” ujarnya dalam sambutan tertulis. (Citta Maya/balipost)