Suasana peletakan batu pertama resor di Ubud, Gianyar pada Jumat (19/4). Potensi pasar di kawasan Ubud, Gianyar ternyata masih dianggap menggiurkan bagi industri perhotelan sehingga akomodasi wisata baru terus tumbuh. (BP/kmb)

GIANYAR, BALIPOST.com – Potensi pasar di kawasan Ubud, Gianyar ternyata masih dianggap menggiurkan bagi industri perhotelan sehingga akomodasi wisata baru terus bermunculan. Sebab, wisatawan masih menjadikan Ubud sebagai salah satu destinasi favorit terbukti dengan berbagai penghargaan destinasi terbaik yang diraih dalam beberapa tahun terakhir ini.

Dari data yang disampaikan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar, tingkat hunian atau okupansi kamar sejumlah hotel dan vila di kawasan Kecamatan Ubud, Gianyar, mencapai 80 persen saat libur Idulfitri belum lama ini. Angka itu naik sekitar 20 persen dari hari biasanya yang mencapai 60 persen.

Hal ini pun diakui pelaku industri perhotelan, Ben Subrata. Pria yang merupakan CEO Sudamala Resort ini mengungkapkan Ubud memiliki peran penting dalam industri pariwisata. Keindahan dan budaya Ubud menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara.

Baca juga:  COVID Mewabah, Kunjungan Nusa Penida yang Ribuan Per Hari Anjlok Jadi Segini

“Kelestarian alam dan pemandangan yang indah menjadi pilihan bagi kami melebarkan bisnis, khususnya industri perhotelan dan pariwisata di Ubud,” ujarnya ditemui di sela-sela peletakan batu pertama Sudamala Resort Ubud, Jumat (19/4).

Ia mengatakan potensi yang dimiliki Ubud ini membuat pihaknya memutuskan untuk membangun kawasan resort berkonsep butik dengan 46 kamar. Ben mengutarakan memerlukan proses yang cukup panjang dalam membangun resort di Ubud yang merupakan investasi keenam dari Sudamala Group itu.

Sebab, selain berkonsep butik, keberadaan resort ini akan tetap berupaya menjaga kelestarian alam yang merupakan tren dari pariwisata hijau dan berkelanjutan. “Kami hadir untuk menjadi bagian dari upaya pelestarian alam sehingga para tamu bisa menikmati keindahan alam budaya di Indonesia,” papar Ben yang saat ini telah memiliki 3 resort di Bali itu.

Diakui Chief Operating Officer (COO) Sudamala Resort, Ricky Putra, Ubud yang terkenal dengan keindahan budaya dan alamnya tidak lepas dari isu kemacetan. Bahkan, ini menjadi problem yang belum terpecahkan.

Baca juga:  Pedagang di Proyek Pasar Tematik, Ubud Jadi Macet dan Semrawut

Namun, ia mengatakan pihaknya ingin berkontribusi untuk memberikan kesempatan bagi tenaga lokal bekerja di sektor pariwisata. Ia optimis keunikan yang ditawarkan pihaknya bisa memberikan warna baru di Ubud.

Ditambahkan Direktur Komersial Sudamala Resort, I Wayan Suwastana, Ubud merupakan salah satu destinasi yang terkenal di mancanegara. Sehingga pihaknya berkeinginan memberikan pengalaman yang menjadi ciri khas dari Sudamala Resort pada wisatawan yang berlibur di Ubud. “Konsep kami menjalankan bisnis yang zero waste untuk mewujudkan sustainability environment. Di sejumlah properti, upaya melakukan bisnis berkelanjutan itu sudah dipraktekkan. Seperti, di Labuan Bajo, kami mengumpulkan sampah hard plastic untuk didaur ulang dan dijadikan souvenir bagi tamu yang menginap,” papar Suwastana.

Baca juga:  Kenduri Seribu Tumpeng Awali Perayaan Hari Istimewa Kota Kudus ke-468

Dalam pengembangan resort ini, pihaknya menyasar wisatawan mancanegara, terutama Eropa, seperti Inggris, Jerman, dan Prancis. Menilik adanya kecenderungan wisman yang tak mau hanya mengunjungi satu destinasi, tersebarnya properti Sudamala Resort di berbagai destinasi di Indonesia akan menjadi nilai tambah yang dikemas dalam paket menginap.

Sementara itu, pemilik lahan seluas 50 are yang menjadi lokasi Sudamala Resort Ubud, I Gusti Ayu Dewi Hariani dan Tjokorda Bagus Ariwiryawan mengutarakan keberadaan investasi ini akan berdampak positif terhadap masyarakat sekitar. Dewi Hariani mengatakan keberadaan investasi ini membuka lapangan kerja bagi sumber daya manusia yang ada di dekat lokasi tersebut.

“Rencananya resort ini akan rampung sekitar Juni 2025,” ungkap perempuan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Gianyar ini. (Diah Dewi/balipost)

 

BAGIKAN