DENPASAR, BALIPOST.com – Osteoporosis merupakan silent disease yang mengancam jiwa penderitanya. Untuk itu pengembangan pengobatan menjadi kebutuhan mendesak. Demikian disampaikan dokter dan juga dosen, Dr. dr. Nadia Permatasari, M. Biomed (AAM), Jumat (19/4).
Perempuan yang menamatkan Studi Doktor Bidang Ilmu Kedokteran Kekhususan Anti Aging Medicine di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini mengatakan proses penuaan menyebabkan gangguan fungsi berbagai organ tubuh, termasuk tulang. Penuaan tulang terjadi pada tahap klinik proses penuaan dan hal ini merupakan predisposisi osteoporosis.
Osteoporosis merupakan suatu kondisi klinik serius yang telah menjadi masalah kesehatan global dan jumlahnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup. “Osteoporosis adalah silent disease, tanpa gejala dan bukti yang jelas sampai terjadi patah tulang. Kebanyakan pasien dengan patah tulang akibat osteoporosis akan terbaring lama di tempat tidur dan berada dalam keadaan yang mengancam jiwa,” ujar dr. Nadia.
Kendala dalam pengobatan osteoporosis saat ini adalah masih belum terdapat terapi regeneratif yang terbukti efektif. Oleh karena itu, upaya untuk mengembangkan strategi baru dalam pengobatan osteoporosis menjadi suatu kebutuhan yang mendesak.
“Pada osteoporosis terkait penuaan terdapat penurunan jumlah yang signifikan dari Mesenchymal Stem Cell (MSC) pada sumsum tulang dan hal ini merupakan faktor yang paling berpengaruh. Transplantasi MSC telah lama menjadi fokus para peneliti, dan hasil berdasarkan penelitian menggunakan animal studi relatif baik.” ungkapnya.
Ia menggali potensi stem cell terhadap osteoporosis yang diharapkan dapat menjadi suatu landasan teori pada uji klinis pengobatan osteoporosis di masa depan.
Pada animal studi yang dilakukannya, MSC yang diturunkan dari adiposa dapat menghasilkan osteoprotegerin dan Transforming Growth Factor-β1 yang tinggi yang diperlukan untuk menghambat proses penyerapan tulang, serta dapat berdiferensiasi menjadi garis keturunan osteogenik menjadi sel osteoblas yang diperlukan untuk pembentukan tulang.
“Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi suatu landasan teori pada uji klinis pengobatan osteoporosis di masa depan” ungkap dr. Nadia yang merupakan dosen pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Pertahanan Republik Indonesia ini. (Diah Dewi/balipost)