SINGARAJA, BALIPOST.com – Berbicara masalah kesenian di Kabupaten Buleleng tidak terlepas dari keberadaan joged bumbung.
Namun belakangan ini tarian itu kerap mendapatkan tren negatif akibat diidentikan dengan goyang jaruh.
Namun hal itu nampaknya tidak berlaku di Sekaa Joged Wahyu Ulangun Desa Adat Nagasepaha, Kecamatan Buleleng, Buleleng.
Selain melakukan regenerasi penari dan penabuh, sekaa ini juga memperkuat pakem tarian joged yang dimiliki.
Wakil Kelian Sekaa Joged Wahyu Ulangun, Gede Suparadana menjelaskan sejak awal dibentuk, sekaa jogednya komitmen untuk tetap menjaga joged bumbung sesuai dengan pakem aslinya.
Bahkan karena stigma negatif yang ditimbulkan, pihaknya hampir tidak bisa merekrut penari.
Hal ini lantaran penari banyak yang tidak mau menarikan tarian ini.
Menampilkan tari Joged Bumbung tradisi, kata Suparadana, para penarinya bukan berarti menari tanpa bergoyang sama sekali.
Namun, goyangan yang dibawakan tentu sesuai pakem, berbeda dengan goyang penari Joged Bumbung porno.
Hanya saja, pihaknya mengakui sejauh ini masih terkendala regenerasi penari. Diakuinya, peminat penari joged bumbung saat ini masih kurang. Meski begitu, pihaknya selalu memberikan pembinaan dan ekstra tambahan bagi calon-calon penari baik tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk regenerasi penari.
Bahkan berkat kegigihannya mempertahankan pakem tradisional.
Joged Wahyu Ulangun Desa Adat Nagasepaha ditunjuk mewakili Kabupaten Buleleng di ajang Pesta Kesenian Bali 2024 mendatang.
Sejumlah persiapan pun sudah mulai dilakukan untuk menatap ajang kesenian bergengsi itu. (Nyoman Yudha/balipost)