Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus penderita nyamuk demam berdarah (DBD) dari Januari-April 2024 di Provinsi Bali terus mengalami tren kenaikan. Tercatat hingga 15 April 2024, jumlahnya mencapai 4.177 kasus. Dari jumlah ini, 5 orang dinyatakan meninggal dunia.

Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali, I Gusti Ayu Raka Susanti menyampaikan jumlah kasus meninggal dunia akibat DBD dari Januari hingga 15 April 2024 ini menurun dibanding tahun lalu pada periode yang sama. Secara total 2023 sebanyak 19 orang meninggal dunia.

Sebanyak 13 orang diantaranya meninggal pada periode Januari-April 2023. Korban meninggal dunia secara keseluruhan berasal dari Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Karangasem, Klungkung, Gianyar, dan Badung.

Baca juga:  Ogoh-ogoh Diharap Tak Gunakan Styrofoam

Diungkapkan, bahwa 5 orang yang meninggal dunia akibat DBD pada Januari-15 April 2024 ini berasal dari Kabupaten Klungkung 1 orang pada Februari, 2 orang di Kota Denpasar dan 1 orang di Kabupaten Gianyar pada Maret, dan 1 orang pada April dari Kabupaten Tabanan.

Dinkes Bali menyebut secara jumlah, kasus positif demam berdarah tahun ini menurun, namun angkanya tetap tinggi karena Januari hingga Maret merupakan puncak musim penghujan. Adapun jumlah kasus terjangkit demam berdarah tahun ini adalah 4.177 kasus mulai dari Januari 709 kasus, Februari 910 kasus, Maret 1.659 kasus, dan hingga 15 April sebanyak 899 kasus.

Baca juga:  Pariwisata Bali Memerlukan Situasi Aman

Raka mengatakan tren kasus DBD di Pulau Dewata rata-rata selalu sama yaitu paling banyak terjadi di Denpasar, Gianyar, dan Badung. Sebab, ketiga daerah tersebut memiliki penduduk maupun mobilisasi terpadat.

Dinkes Bali merasa keberhasilan dalam menekan angka kematian sendiri berkat upaya edukasi dan promosi kesehatan yang menyasar hingga tingkat terbawah. Apalagi, mereka selalu menggencarkan antisipasi setiap memasuki musim penghujan.

Namun, tak dipungkiri masih ada kasus kematian akibat demam berdarah. Penyakit ini berbeda dengan rabies yang memiliki waktu tertentu untuk menyebabkan korbannya meninggal dunia.

“Terkadang masing-masing orang kita tidak tahu perjalanan penyakitnya, ada yang daya tahan tubuhnya kuat, ada yang trombositnya rendah, kita tidak tahu kondisi masing-masing orang. Bahkan, ada yang trombositnya sangat rendah tapi tidak menunjukkan gejala perdarahan, kondisi masing-masing orang berbeda pada setiap perjalanan penyakit yang dialami,” tandas dr. Raka.

Baca juga:  Ini Target Rampungnya, Vaksinasi Lansia dan Pelayan Publik

Mengingat sejumlah daerah masih terjadi musim hujan dan tidak dapat dipungkiri DBD terjadi saat kemarau, Dinkes Bali mengingatkan masyarakat senantiasa ikut dalam memberantas sarang nyamuk. “Kalau sudah musim demam berdarah, demam 1-2 hari tidak sembuh dengan obat biasa langsung ke fasilitas kesehatan lakukan pemeriksaan lab, jangan sampai ada keterlambatan,” pesannya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN