TABANAN, BALIPOST.com – Wilayah Dauh Peken, Tabanan bisa dibilang merupakan area perkotaan yang cukup padat penduduknya. Lahan pun, sangat terbatas sehingga jarang yang menggunakannya untuk bertani.
Namun hal itu tak membuat Andriana Wardayanti putus semangat. Perempuan yang merupakan pendamping Kelompok Wanita Tani (KWT) Kota Pala, Dauh Peken, ini memiliki ide mengajak para ibu yang ada di desa itu untuk memulai gerakan urban farming dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“Urban farming adalah salah satu solusi yang kami lakukan agar lingkungan tetap lestari,” ujarnya.
Urban farming dengan sistem hidroponik juga disebutnya bisa memberikan pelajaran bercocok tanam kepada anggota dan menjaga ketahanan pangan keluarga.
Pembentukan KWT ini dilakukannya pada 2019 silam. Di awal berdiri, fokusnya pada pemenuhan ketahanan pangan. “Walaupun hidup di lingkungan urban yang sudah padat dengan bangunan dan penduduk, tapi kita tetap bisa bertani. Saya menginisiasi hidroponik supaya ibu-ibu di sini walaupun tidak punya lahan dan nggak punya halaman, namun tetap bisa bercocok tanam,” kata Andriana.
Seiring berjalannya waktu, jumlah anggota KWT Kota Pala terus bertambah menjadi 25 orang. KWT ini pun membuat beragam produk olahan yang dipasarkan untuk menopang perekonomian anggotanya.
Para anggota memiliki tugas masing-masing. Sebanyak 6 orang mengurusi bagian produksi, produk turunan dari tanaman hidroponik seperti bayam, pokcoy, dan sebagainya. Sementara sisanya bertugas merawat kebun.
Ni Kadek Aryani, salah seorang anggota KWT Kota Pala mengatakan lewat pemanfaatan lahan sempit, ia mampu bercocok tanam pokcoy, bayam, dan tanaman sederhana lainnya yang bisa membantu ketahanan pangan keluarga. Bertanam di lahan sempit ini juga menjadikan anggota hidup lebih sehat karena mengonsumsi beragam sayuran yang bebas pestisida.
Dijelaskan selain berkebun, KWT ini mempunyai tim produksi. Tim ini mengolah bahan yang dihasilkan menjadi bahan makanan sehat, seperti nugget ayam bayam, rollade, dan masakan lain yang sekiranya diminati anak-anak. “Pokoknya membantu ibu-ibu yang punya anak GTM, gerakan tutup mulut, tidak mau makan,” ungkapnya.
Singkat cerita, Andriana mendengar kabar bahwa BRI pernah memberikan bantuan kepada kelompok wanita di daerah perkotaan, berupa sarana dan prasarana Urban farming. Dari sini, KWT Kota Pala mendaftarkan diri, lalu pihak BRI memberikan bantuan dari CSR BRI Peduli di 2021.
KWT Kota Pala difasilitasi membangun green house untuk menunjang urban farming dengan sistem hidroponik dan vertical culture. “Kami dicarikan pendamping yang kompeten, dari akademisi, praktisi. Kami diajari untuk bagaimana memproduksi yang lebih higienis,” ujarnya mengenang masa-masa di tengah pandemi COVID-19 tersebut.
KWT ini berhasil meraih juara pertama program Bantuan Pemberdayaan Kelompok Perempuan BRI yang diikuti 18 KWT lain dari berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, KWT Kota Pala juga menjadi percontohan bagi warga sekitar untuk mempraktekkan urban farming.
Melihat perkembangan KWT Kota Pala, Andriana mengatakan BRI memberikan bantuan tahap kedua untuk pengembangan industri inkubasi bisnis. Sebesar 30 persen dana digunakan untuk workshop inkubasi bisnis, sedangkan 70 persen untuk pengadaan alat-alat produksi makanan.
Tak hanya itu, BRI menjadikan KWT Kota Pala sebagai klaster. KWT Kota Pala mendapatkan pendampingan langsung serta dibina secara industri ekonominya berupa konsultasi penentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk produk turunan. “Kita dijadikan klaster oleh BRI, dengan pendampingan dari BRI, kita dibantu dari aspek industri ekonominya, berupa konsultasi HET untuk produk turunan yang kami buat,” katanya.
Manfaat lain yang didapatkan KWT Kota Pala dari BRI, yakni para anggota yang berjumlah 25 orang tersebut bisa mengajukan kredit maksimal Rp10 juta hanya dengan bunga 3 persen per tahun tanpa jaminan.
Dukung Peran Wanita
Sebagai informasi, BRI melalui aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) mengambil bagian dalam mendukung peran wanita melalui berbagai macam program pemberdayaan yang secara nyata mampu mendorong kesejahteraan wanita Indonesia. Salah satunya melalui penyelenggaraan Program BRInita (BRI Bertani di Kota). Dalam program ini BRI mengambil bagian penting dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama kaum wanita dengan membuat ekosistem urban farming yang berkelanjutan, di daerah kota padat penduduk, agar dapat mengambil nilai, di sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Program BRInita saat ini telah dimplementasikan di 21 Lokasi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yang sebagian besar pengelolaannya dijalankan oleh kelompok usaha wanita.
Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto belum lama ini mengatakan sasaran dari program ini adalah lokasi padat penduduk dan pemukiman kumuh yang memiliki penggiat lingkungan setempat yang merupakan anggota kelompok, baik itu Kelompok Wanita Tani atau PKK atau Ibu-ibu. BRInita tidak hanya pembangunan sarana fisik, melainkan juga terdapat pelatihan berkelanjutan yang diharapkan untuk menjaga kelestarian tanaman dan kelangsungan hidup eksosistmen sekitar.
Dalam pelaksanaannya, BRI juga melalukan pembinaan bagi anggota kelompok atau penerima manfaat berupa pelatihan pengelolaan urban farming dengan menggandeng tenaga ahli atau instansi terkait serta melakukan monitoring kegiatan urban farming dan melakukan pengembangan hasil urban farming sehingga mampu menambah nilai ekonomis seperti penjualan, pengelolaan, packaging dan pemasaran.
“Kegiatan ini diharapkan dapat mereduksi polusi lingkungan, menambah keasrian, serta mengurangi sampah rumah tangga. Di sisi lain, hal ini sekaligus juga menjadi perwujudan kontribusi positif masyarakat bagi keseimbangan lingkungan,” ungkap Catur dikutip dari rilisnya.
Sejak dijalankan pada 2022, program BRInita telah menjalankan 49 kali pelatihan bagi penerima manfaat, yang terdiri dari pelatihan budidaya hidroponik, perawatan tanaman hias, pembuatan Eco Enzyme, pencegahan dan pengendalian hama tanaman dan pemakaian alat-alat sistem hidroponik. Program ini juga tercatat telah melibatkan 615 jiwa yang terdiri dari kelompok usaha wanita atau ibu-ibu PKK dan tercatat telah melakukan panen sebanyak 348 kg perikanan seperti ikan lele, nila, dan mujair.
Program ini juga menghasilkan 3.982 kg pupuk organik cair vegetatif dan kompos, 80 kg maggot (ulat) Black Soldier Fly (BSF) yang dibudidayakan oleh anggota kelompok serta menghasilkan 112 jenis tanaman obat-obatan keluarga (Tanaman Toga) seperti kencur, jahe, lengkuas, dan lainnya.
Catur menambahkan, BRInita adalah program pemberdayaan wanita, untuk dapat mengambil peran besar, tidak hanya di lingkungan keluarga saja, namun banyak berkarya di lingkungan sosial dan masyarakat luas. Diharapkan, BRInita dapat membantu wanita, untuk dapat terus bersinar, percaya diri, dan pantang menyerah, dalam menempatkan diri sebagai bagian, dari pentingnya pembagunan ekonomi dan percontohan di lingkungan masyarakat. (Diah Dewi/balipost)