DENPASAR, BALIPOST.com – Sebagai bagian dari kota berwawasan budaya, Desa Adat Kesiman, Denpasar memiliki andil besar dalam menjaga budaya Bali. Salah satunya dengan memperkuat sistem dan organisasi kemasyarakatan untuk menopang ekonomi desa.

Bendesa Adat Kesiman Ketut Wisna belum lama ini mengatakan, salah satu upaya Kesiman menjaga warisan budaya adalah dengan terus menjalankan tradisi dan budaya yang telah ada.

Sistem dan organisasi kemasyarakatan yang berkembang di Kesiman sebelumnya dijaga dan terus dijalankan, termasuk mengoptimalkan peran banjar dan desa untuk upacara seperti ngaben dan pernikahan.

Baca juga:  Tarif PPh Final UMKM Segera Diturunkan

Lembaga tradisional desa adat Kesiman terdiri dari 32 banjar adat dengan 5.000-an KK. Kesiman merupakan salah satu bagian dari desa tua yang ada di Denpasar.

Sebelumnya tidak ada konsep Kahyangan Tiga, namun yang ada Dalem Manca Pangerok. Sehingga dalam prosesinya berupa Pangilen yaitu Ngebekin yang dilakukan saat Umanis Galungan, dilanjutkan dengan Pamendakan pada saat Pahing Kuningan, dan Ngerebong pada Redite Medangsia.

Bahkan saat ini Ngerebong masuk warisan budaya tak benda. Dalam prosesi itu ditarikan tarian Nanda, yang sudah menjadi warisan budaya juga.

Baca juga:  Jika Anggotanya Terlibat Narkoba, Ini Ancaman Danrem

Pada acara Ngerebong dilakukan berbagai kegiatan diantaranya lomba penjor, ngelawar dan sebagainya. Budaya lain yang berupaya dilestarikan yaitu seni ukir. Kesiman berupaya  mempertahankan seni ukur bebadungan dan telah diterapkan di Bale Agung.

Dengan jumlah krama yang besar, Desa Kesiman juga berupaya mengoptimalkan potensi dengan memperkuat lembaga keuangan masyarakat desa yaitu LPD. Tahun 2023, Kesiman berhasil membukukan laba terbesar di Bali dan pertumbuhan tertinggi.

Bupda juga mengelola event, seperti mengadakan festival di Padanggalak. Tahun ini saja minimal 10 event layangan dan musik termasuk acara kampus dilaksanakan oleh Bupda. Semua kegiatan usaha itu hasilnya sangat dirasakan oleh krama desa dan ini memberikan kontribusi yang besar terhadap desa adat.

Baca juga:  Hilangkan Kesan Angker, Desa Adat Sidembunut Tata "Setra"

Terbukti, setiap tahun desa adat menganggarkan pembangunan, baik di parahyangan maupun palemahan. Sampai saat ini belum ada paturunan dari krama karena telah dibiayai oleh desa adat.

Setiap ngaben, biaya gas, kompor dan tukangnya, semua dari desa adat. Ada pernikahan juga memberikan pelayanan administrasi pernikahan oleh desa adat. (Citta Maya/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN