Suasana talkshow terkait harga properti di Bali yang makin mahal, Jumat (26/4). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan studi terbaru, harga properti di Bali semakin mahal. Hal ini membuat kepemilikan rumah, terutama untuk milenial dan Gen Z makin sulit terwujud karena laju peningkatan upah minimum kerja jauh di bawah kenaikan harga properti.

Menurut pelaku bisnis properti, Garry Sugiarto Dharma, dalam talkshow terkait harga properti di Bali, Jumat (26/4), harga rumah di Kota Denpasar menjadi yang tertinggi secara tahunan dibandingkan kabupaten/kota se-Indonesia. Kenaikannya mencapai 20,1 persen jelang akhir 2023 lalu berdasarkan Flash Report Rumah123.com.

Hasil studi terbaru juga menunjukkan sepanjang kuartal I 2024, Denpasar menjadi salah satu wilayah paling konsisten dalam pertumbuhan harga hunian, selain Bogor. Denpasar mencatat selisih pertumbuhan harga di atas laju inflasi tahunan sebesar 10,2 persen.

Saat pandemi COVID-19, ia melihat harga properti di Bali memang mengalami penurunan namun tidak signifikan. “Turun tapi tidak jauh, turun 30 persen dan ketika kembali 2022 turis masuk yang berarti kebutuhan hunian meningkat lagi, otomatis bisnis di Bali buka lagi. Hotel yang awalnya dijual kini sudah banyak yang dibeli lagi,” ungkap Garry di Sanur, Denpasar.

Baca juga:  Rumah Hancur Ditimpa Pohon, Kertiasa Tidur di Tenda Darurat

Dari sisi bisnis, permintaan penyewaan ruko dan gudang meningkat 30 persen yang artinya ekonomi sudah bergeliat dan membutuhkan tempat usaha. Sementara dari sisi hunian juga semakin meningkat permintaannya.

Bahkan nilai sewa hunian di Bali disebutnya cukup fantastis. “Kalau di Jakarta sewa rumah Rp40 juta sudah one gates system, kalau di sini kecil. Sedangkan harga rumah paling rendah Rp800 juta-Rp900 juta, biaya sewanya 4-5 persen dan vila 8-12 persen. Jadi engga heran investor luar Bali melirik investasi properti Bali,” ujarnya.

Baca juga:  Ditinggal Mengirim Buah, Rumah Hangus Terbakar

Untuk memiliki rumah, ia menilai generasi milenial dan Gen Z perlu menyisihkan dana dan membeli lewat KPR. “Sebab, kenaikan harga rumah mampu menutup bunga yang dibayarkan untuk kredit rumah,” ulasnya.

Pelaku perbankan, Carly Tambunan menambahkan tren kenaikan harga properti di Kota Denpasar dan Badung rata-rata di atas 20% per tahun. Sehingga kaum menial dan gen Z semakin sulit memiliki hunian di Bali.

Untuk itu perbankan menawarkan beragam opsi kredit. Salah satunya yang ditawarkan Bank Tabungan Negara (BTN). DRM Business Kantor Wilayah 3 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ini menyebut pihaknya menawarkan bebas pembayaran pokok selama dua tahun yang dinilai dapat dijangkau kaum muda di Pulau Dewata ini.

Menurutnya, harga rata-rata rumah di Kota Denpasar pada 2024 senilai Rp 863 juta dan Rp 900 juta di Kabupaten Badung. Kendati harga rumah terus naik, namun berdasarkan catatan BTN, KPR komersial pada 2021 meningkat 39,92 persen menjadi Rp 135,69 miliar. Trennya menunjukkan kenaikan hingga 2023 mencapai Rp227,57 miliar atau naik 24,12% yoy. Kemudian, per kuartal I 2024, penyalurannya tercatat Rp 61,56 miliar.

Baca juga:  Kontribusi Wisatawan Terbentur Payung Hukum, IATA Rapatkan Barisan

Perencana Keuangan, Agus Helly, menyarankan agar milenial dan Gen Z mulai melakukan perencanaan anggaran. “Cari tahu kebutuhannya apakah beli atau sewa. Jika memungkinkan, bisa memanfaatkan dukungan dari pemerintah, seperti subsidi,” ujar Agus.

Selanjutnya, bisa mempertimbangkan opsi kolaborasi dengan pasangan bagi yang merencanakan menikah atau berumah tangga. Apabila masih belum mencukupi, dapat meningkatkan keahliannya untuk mencari tambahan pendapatan. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN