Ketua Yayasan Dwijendra Nyoman Satianegara dan pengurus bergambar bersama nara sumber konferensi internasional, Sabtu (27/4). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dwijendra University terus memperkuat iklim akademik dan kerjasama internasionalnya. Pada Sabtu (27/4) Dwijendra menggelar konferensi internasional bertemakan pembangunan berkelanjutan dari aspek sosial ekonomi, pertanian, manajemen dan bisnis, lingkungan, pendidikan dan humanis.

Konferensi diikuti ratusan peserta secara hybride dengan menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Di antaranya Kepala LLDikti VIII Bali-NTB, Dr. Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., IPU, ASEAN.Eng., Rektor Dwijendra Unjversity Prof.Dr. Ir. Gede Sedana, M. Sc. MMA. , dari UTAR, Malaysia Dr. Abdul Muluk Bin Abdul Manan, Dr. Meriem F. Sulit dari Filipina dan Vera Shishkina dari Rusia.

Acara juga dihadiri Claudia Soares, perwakilan dari Konsulat Jenderal Timor Leste di Bali, WR III, Universitas Pakuan, Bogor dan para rektor PTS di Bali.

Dr. Eratodi saat membuka konferensi mengaku bangga Dwijendra University ikut berperan memberi solusi bagi masalah pembangunan dunia. Sekaligus membuktikan Dwijendra yang berbasiskan budaya Bali namun berkiprah internasional.

Baca juga:  Tabrakan di Pancasari, Satu Tewas dan Satu Luka Parah

Ketua Yayasan Dwijendra, Dr. I Nyoman Satia Negara, S.H. M.H., menegaskan International Conference on Strengthening Capacities of Multi-sectors Toward Sustainable Development yang diselenggarakan di Aula Sadu Gocara ini sebagai bentuk kepedulian Dwijendra soal pembangunan berkelanjutan yang penting diangkat di dalam pembangunan nasional dan global. Pembangunan berkelanjutan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, teknis dan lingkungan.

Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan harus menjadi bagian dari strategi pembangunan jangka panjang yang bertujuan untuk tidak merusak lingkungan. ” Saya selaku Ketua Yayasan Dwijendra yang memiliki visi Agama Hindu dan Kebudayaan serta Kesusasteraan Bali sangat mengapresiasi dengan diangkatnya pembangunan berkelanjutan, karena merupakan perwujudan dari filosofi masyarakat Hindu Bali, yaitu Tri Hita Karana,” tegasnya.

Baca juga:  Jaksa Sidang Ahok Pimpin Kejari Denpasar

Dia berharap pakar international menjadikan Dwijendra sebagai media komunikasi berbagi ilptek, penelitian dan pemikiran kritis dan konstruktif pembangunan daerah dan negara.

Rektor Prof. Gede Sedana menegaskan international conference merupakan salah satu wujud dari pelaksanaan Tri Darma perguruan tinggi. Selain itu penting bagi Dwijendra Denpasar untuk membangun jejaring yang lebih luas dalam upaya mendorong dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan wawasan, kapasitas, sekaligus memperkenalkan Dwijendra University sebagai salah satu perguruan tinggi yang turut mendukung pembangunan pendidikan di Bali dan Indonesia.

Dari tema yang diambil menunjukkan Dwijendra dan dunia berkepentingan mewujudkan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai Paramashanti yakni kedamaian semua isi alam sekala-niskala di dunia. Untuk itu diperlukan kebersamaan, sinergitas dan integrasi antar sektor, sehingga pembangunan akan memberikan manfaat yang berkesinambungan bagi masyarakat dan lingkungan di masa mendatang.

Baca juga:  Cuaca Buruk, Aktifitas Wisata Pantai Penimbangan Terganggu

Konferensi ini diharapkan memberikan manfaat bagi Dwijendra University dan Yayasan Dwijendra untuk mewujudkan cita-cita leluhur para pendiri yaitu membangun Bali dengan pendekatan nilai-nilai budaya yang bersumber dari Agama Hindu dan Kesusasteraan Bali yang masih sangat relevan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Sementara itu, bagi pemerintah Provinsi Bali, hasil dari konferensi ini diharapkan dapat memberikan masukan berharga di dalam penyusunan dan pelaksanaan program pembangunan yang dilandasi oleh kearifan lokal Bali yang sangat adi luhung.

Pembicara dari Filipina, Dr. Meriem F. Sulit mengapresiasi konferensi ini yang juga perlu dilakukan secara berkelanjutan di dunia. Diperlukan adanya pendekatan teknis, teknokratik, ekonomis, sosial budaya dalam pembangunan berkelanjutan. (Adv/balipost)

BAGIKAN