DENPASAR, BALIPOST.com – Prof. Dr. Dewa Ngurah Suprapta, ahli Fitopatologi atau Perlindungan tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Udayana mendapat Bintang Tanda Jasa The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon dari Pemerintah Jepang. Suprapta dinilai berkontribusi bagi peningkatan pertukaran akademis dan saling pengertian antara Jepang dan Indonesia di bidang Fitopatologi.
Suprapta setelah menerima gelar Ph.D di bidang pertanian dari Universitas Kagoshima mendirikan laboratorium bergaya Jepang di Universitas Udayana, tempat ia melakukan penelitian dan mengajar mahasiswa di bidang perlindungan tumbuhan.
Ia mempublikasikan makalah berkualitas tinggi secara akademis dan berprestasi sebagai teladan bagi para mahasiswa dan staf pengajar muda yang ingin melakukan penelitian di Jepang dengan mempromosikan hasil-hasil studinya di Jepang kepada komunitas akademis Indonesia.
Ia juga berkontribusi signifikan dalam mempromosikan kerja sama dengan Jepang melalui pertukaran penelitian akademis secara aktif di bidang pertanian dengan beberapa universitas di Jepang. Selain itu, sebagai Ketua Persada (Persatuan Alumni dari Jepang) Bali sejak tahun 2003 dan sebagai penasehat Persada Bali sejak tahun 2007, ia telah berupaya keras untuk melembagakan Persada di Bali dan membangun jaringannya.
Dihubungi Selasa (30/4), Prof. Suprapta menuturkan, penghargaan ini diterima karena kerja keras di bidang pendidikan dan penelitian selama 32 tahun yang bekerjasama dengan Jepang. Sejak 1998 ia mendapatkan dana penelitian dari Kemenristek Dikti meneliti penyakit pisang, vanili.
Ketika itu di Bali terjadi wabah penyakit pisang, 60% tanaman pisang mengalami kematian. “Akhirnya kita melakukan penelitian itu dan bethasil mendapatkan cara pengendaliannya tahun 2002-2003,” tuturnya.
Penyakit layu pisang itu pun disebabkan oleh jamur dan bakteri. Cara pengendalian penyakit itu pun ditemukan dengan dengan pestisida alami dan ramah lingkungan Yaitu daun sirih dan dan lengkuas. “Kami bikin juga biopestisida dari sejenis ragi yang ramah lingkungan. Kombinasi biopestisida itu akhirnya bisa membuat pisang itu sehat sehingga pada tahun 2004 kita sudah bisa mengendalikan penyakit layu pisang itu,” ujarnya.
Kontribusinya di bidang pertanian juga membuatnya mendapat penghargaan dari Presiden RI Megawati yaitu Satya Lencana Pembangunan Pertanian dan Susilo Bambang Yudhoyono yaitu Kalpataru dan Peghargaan Kehati dari Yayasan Kehati.
“Saya terus saja meneliti dengan dana dari Jepang dan Pemda Bali, ketika Pak Dewa Brata jadi Gubernur Bali. Tapi saya tetap konsepnya mengendalikan penyakit membuatbtanaman itu sehat tapi menggunakan bahan bahan alam, ramah lingkungan karena itu dibiayai selama 10 tahun oleh pemerintah Jepang dari tahun 1998 sampai 2008,” bebernya.
Selain pengendalian penyakit pisang, ia juga menemukan pengendalian penyakit busuk vanili dan kakao, dan meneliti sayur sayuran di dataran tinggi. Bahkan ia mengembangkan ketela ungu yang memiliki kandungan antioksidan. Berbagai penelitian yang dilakukan tidak hanya mampu terpublikasi di jurnal berskala internasional seperti terindeks scopus tapi menurutnya yang terpenting adalah bisa membantu masyarakat.
Penelitian yang dananya bersumber dari Pemprov Bali itu dilakukan untuk mengembangkan pangan alternatif selain beras seperti ubi ungu dan jenis umbi-umbian lainnya. Saat ini pun ia tengah melakukan penelitian dengan universitas di Jepang terkait padi agar dapat menanam padi sekali namun panen dua kali. “Harapan kita agar Bali tidak sampai kekurangan beras, karena penduduk terus bertambah sementara lahan berkurang,” ujarya. (Citta Maya/balipost)