Djoko Subinarto. (BP/Istimewa)

Oleh Djoko Subinarto

Bank Dunia (World Bank) memperkirakan sebanyak 220 juta penduduk Indonesia bakal tinggal di perkotaan pada tahun 2045 mendatang. Jumlah tersebut setara dengan 70 persen dari total populasi Indonesia pada tahun 2023 yang sebanyak 273 juta jiwa.

Sudah barang tentu, kian sesaknya kawasan perkotaan memberi tekanan yang lebih berat pada sejumlah infrastruktur kota. Buntutnya antara lain muncul sejumlah masalah seperti kemacetan, transportasi umum yang tidak memadai, sistem air bersih dan sanitasi yang tidak layak.

Sesaknya kawasan perkotaan dapat pula memperparah kekurangan perumahan, meningkatkan harga rumah, dan membuat semakin banyak penduduk tidak mampu membeli perumahan yang layak. Terkait aspek lingkungan, kian padatnya perkotaan sering kali mengakibatkan kerusakan habitat, polusi udara dan air, serta tingkat emisi gas rumah kaca yang semakin tinggi, yang notabene ikut berkontribusi pada perubahan iklim. Hal-hal tersebut dapat diperparah oleh pertumbuhan perkotaan yang tidak terencana yang menghasilkan tata ruang yang acak-acakan, yang memperberat beban lingkungan kawasan perkotaan.

Lingkungan perkotaan yang semakin sesak dapat memfasilitasi penyebaran penyakit, serta masalah kesehatan mental akibat faktor seperti kepadatan penduduk, polusi, dan isolasi sosial. Di saat yang sama, tuntutan pada sumber daya seperti air, energi, dan lahan, yang bisa menyebabkan penipisan sumber daya dan mencuatkan konflik potensial atas alokasi sumber daya, bakal kian meningkat.

Baca juga:  Demokrasi dan Kebebasan Berekspresi

Pembangunan Perdesaan

Tak bisa kita pungkiri, migrasi warga perdesaan ke kawasan perkotaan yang terus berlangsung dari waktu ke waktu, dan membuat kota-kota kita kian sesak, hanyalah sebuah potret kecil dari masih adanya ketimpangan pembangunan ekonomi perkotaan dan perdesaan selama ini. Padahal, kawasan-kawasan perdesaan sejatinya memiliki banyak potensi besar yang layak dikembangkan untuk menjadi sumber aktivitas ekonomi dan peluang usaha. Sayang, potensi-potensi besar yang dimiliki kawasan perdesaan ini menjadi kurang/tidak tergarap dengan baik akibat pembangunan kita sejauh ini cenderung masih urban sentris. Ujungnya, warga desa lebih memilih mencari penghidupan di kawasan perkotaan.

Untuk mengurangi migrasi warga dari perdesaan ke perkotaan dan sekaligus mempromosikan pembangunan berkelanjutan di daerah perdesaan, penting untuk melakukan  pengembangan sektor-sektor yang dapat memberikan peluang mata pencaharian, meningkatkan standar hidup, dan meningkatkan ketahanan terhadap tantangan ekonomi dan lingkungan perdesaan. Jika kita telisik, ada beberapa sektor kunci yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan di daerah perdesaan. Salah satunya sektor pertanian dan agribisnis. Meningkatkan produktivitas pertanian dan mempromosikan agribisnis dapat menciptakan peluang kerja dan meningkatkan pendapatan perdesaan. Investasi dalam teknik pertanian modern, infrastruktur irigasi, dan akses pasar dapat membantu menggali potensi pertanian perdesaan.

Baca juga:  Menteri Bintang Dorong Pengembangan Berkelanjutan Ramah Perempuan dan Anak

Di saat yang sama, mendorong pengolahan nilai tambah produk pertanian dapat menciptakan aliran pendapatan tambahan bagi masyarakat perdesaan. Mendirikan fasilitas pengolahan makanan, taman industri pertanian, dan koperasi dapat menambah nilai komoditas pertanian mentah serta menciptakan lapangan kerja di sepanjang rantai nilai. Sektor lain yang potensial dikembangkan yaitu pariwisata perdesaan. Memanfaatkan aset alam dan budaya untuk pengembangan pariwisata perdesaan dapat menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal sembari melestarikan warisan dan ekosistem perdesaan. Pengembangan ekowisata, agrowisata, dan aktivitas pariwisata berbasis masyarakat dapat menarik pengunjung ke daerah perdesaan sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi.

Dalam pada itu, memperluas akses terhadap layanan energi bersih dan terjangkau di daerah perdesaan dapat meningkatkan standar hidup dan mendukung kegiatan ekonomi perdesaan. Investasi dalam solusi energi terbarukan terdesentralisasi seperti energi surya, angin, dan sistem mini-grid dapat memacu pembangunan perdesaan sambil turut mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pengembangan sektor-sektor tersebut perlu pula dibarengi oleh pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM). Bagaimanapun, pertumbuhan UKM di daerah perdesaan dapat mendiversifikasi ekonomi lokal dan menciptakan peluang kerja di luar sektor pertanian. Untuk itu, pemberian akses keuangan, layanan pengembangan bisnis, dan koneksi pasar dibutuhkan untuk dapat mempercepat pertumbuhan UKM perdesaan.

Baca juga:  Asosiasi BPK Sedunia Sepakat Laksanakan SDGs

Tak kalah pentingnya yaitu pengembangan infrastruktur dasar seperti jalan, sistem pasokan air, fasilitas sanitasi, dan layanan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan menarik investasi di daerah perdesaan. Pembangunan infrastruktur dasar dapat meningkatkan konektivitas, mengurangi biaya transportasi, dan meningkatkan akses ke pusat-pusat layanan penting.

Dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM), investasi dalam program pendidikan dan pengembangan keterampilan sangat dibutuhkan agar dapat memberdayakan warga perdesaan, khususnya kaum muda, serta meningkatkan daya saing mereka. Menyediakan pelatihan vokasional, pendidikan kewirausahaan, dan akses ke teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat membekali penduduk perdesaan dengan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam industri yang berkembang dan ekonomi digital pada saat ini.

Dengan pengembangan sektor-sektor tersebut di daerah perdesaan, diharapkan dapat menciptakan peluang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi perdesaan, meningkatkan standar hidup warga desa, dan sekaligus mengurangi tekanan pada kawasan perkotaan. Dengan demikian, mampu menciptakan pembangunan nasional yang seimbang dan mengurangi laju migrasi warga dari kawasan perdesaan ke perkotaan di negara kita.

Penulis, Kolumnis dan Bloger

BAGIKAN