JAKARTA, BALIPOST.com – Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Jakarta Utara berinisial P (19) asal Bali tewas diduga dianiaya sejumlah seniornya.
Kasus ini ditangani Polres Metro Jakarta Utara, seperti disampaikan Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan di Jakarta, Jumat (3/5).
Dikutip dari Kantor Berita Antara, Gidio mengatakan pihaknya masih melakukan penelusuran. Sudah ada 10 saksi yang dimintai keterangan untuk menggambarkan rangkaian kejadian.
Ia mengatakan kematian korban diduga akibat kekerasan yang dilakukan senior pada Jumat pagi sekitar pukul 08.00 WIB di kamar mandi di kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan tersebut.
Lalu, korban dibawa ke klinik kesehatan yang ada di kampus tersebut dan ketika diperiksa sudah tidak bernyawa.
Korban kemudian, dibawa kampus ke Rumah Sakit Tarumajaya Bekasi dan saat ini jasad korban sudah ada di RS Polri untuk diambil visum et repertum.
“Kami juga melakukan pemeriksaan laboratorium forensik terhadap jasad korban dan nantinya seluruh data yang ada akan diadu dengan kamera CCTV yang ada,” kata dia.
Menurut dia, secara kasat mata memang ada luka lebam di tubuh korban dan pihaknya masih menunggu pemeriksaan lanjutan.
“Kami sudah menangkap sejumlah senior korban untuk dimintai keterangan dan semua itu akan mengerucut nantinya,” kata dia.
Kasus tewasnya junior karena dianiaya para seniornya pernah beberapa kali terjadi.
Sebelumnya, ada nama taruna STIP angkatan 2016 Amirullah Adityas yang tewas pada 10 Januari 2017.
Kemudian Dimas Dikita Handoko tewas pada 25 April 2014 setelah dianiaya senior bersama enam rekan seangkatan.
Setelah itu ada nama taruna STIP Daniel Roberto Tampubolon yang tewas pada 6 April 2015 dan taruna Agung Bastian pada 2008 yang tewas dianiaya senior dan terungkap setelah korban tiga hari dimakamkan.
Namun, terkait adanya dugaan perpeloncoan senior yang menyebabkan tewasnya P dibantah STIP.
“Tidak ada budaya pelonco di kampus ini dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan,” kata Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Ahmad Wahid menanggapi tewasnya salah satu taruna di kampus itu pada Jumat pagi, di Marunda, Jakarta.
Ia mengatakan dirinya sudah satu tahun di kampus ini dan tidak ada budaya tersebut.
Oleh karena itu, katanya, terhadap meninggalnya taruna tingkat satu berinisial P pada Jumat pagi di kampus itu, hal itu di luar kuasa dirinya karena kejadian terjadi di luar program yang dibuat kampus.
“Budaya itu sudah kami hilangkan, itu murni ‘person to person’,” kata Wahid.
Ia mengatakan aksi tersebut terjadi di luar program belajar yang dibuat kampus dan terjadi di kamar mandi.
“Kami akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang terbukti melakukan penganiayaan dengan mengeluarkan pelaku,” kata dia.
Ia menegaskan STIP tidak akan cuci tangan atas tewasnya taruna tingkat satu kampus pelayaran tersebut. “Kami tidak akan cuci tangan,” katanya. (kmb/balipost)