DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menggelar kegiatan bertajuk “Bali Nice” dengan melaksanakan Upacara Segara Kerthi bertema “Merawat Air Melindungi Sarwa Prani”, di Pantai Bali Turtle Island Development (BTID) Serangan, Denpasar, Sabtu (18/5) sore. Acara yang bertepatan dengan perayaan Rahina Tumpek Uye ini bertujuan untuk memohon anugerah agar laut bersih sekala dan niskala serta penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 berjalan lancar dan sukses.
Upacara Segara Kerthi ini dipuput oleh 4 Sulinggih, yakni Ida Pedanda Gede Bajra Sikarayoga, Ida Pedanda Gede Putra Dalem Keniten, Ida Sri Begawan Nata Nawa Wangsa Pemayun, serta Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti.
Selain upacara Segara Kerthi, “Bali Nice” juga dimeriahkan dengan pertunjukan budaya dan pelepasan satwa ke alam bebas. Pertunjukan budaya yang ditampilkan, diantaranya Tabuh Gamelan Gong Gede, Topeng Penasar, Tari Sanghyang Jaran, Tari Sanghyang Dedari, Tari Baris Cerekuak, Tari Rejang Putri Maya dan Topeng Sidakarya. Yang menarik, Sang Hyang Jaran dan Sang Hyang Dedari diiringi oleh kecak. Tari Rejang Putri Maya juga istimewa karena dibawakan 100 orang penari.
Sebagai wujud keseimbangan sakala niskala, “Bali Nice” juga diisi dengan pelepasan 600 ekor tukik, 1000 ekor burung dan 30 ekor penyu ke alam bebas serta dilakukan penandatanganan prasasti.
Penjabat (Pj.) Gubernur Bali, S.M. Mahendra Jaya menyampaikan ucapan terimakasih atas dipilihnya Bali sebagai tempat penyelenggaraan pertemuan 3 tahunan ini. Ia berharap taksu Pulau Bali dapat memberikan spirit positif untuk kelancaran dan suksesnya pelaksanaan WWF ke-10.
“Suatu kebanggaan dan kehormatan bagi kami, Bali dijadikan tempat pelaksanaan World Water Forum ke-10 Tahun 2024. Kami mengucapkan terima kasih dan selamat datang di Bali. Bali selain memiliki alam indah, juga kearifan lokal yang adiluhung, dimana keseharian kehidupan masyarakat Bali menyatu dengan tradisi, adat, dan budaya dari warisan leluhur, seperti setiap jengkal tanah di Bali selalu diupacarai secara sakala dan niskala sebagai Ibu Ning Ibu atau Ibu Pertiwi, menjadikan tanah Bali memiliki taksu atau energi spiritual. Semoga taksu Pulau Bali dapat memberikan spirit positif untuk kelancaran dan suksesnya pelaksanaan World Water Forum ke-10 Tahun 2024 ini,” ujarnya.
Mahendra Jaya menjelaskan Ritual Segara Kerthi ini merupakan tradisi dan kearifan lokal masyarakat Bali sebagai bentuk pemuliaan terhadap alam semesta, khususnya laut beserta segala isinya (sarwa prani). Dalam kearifan lokal Bali, disebutkan laut sebagai campuhan sarwa prani. Artinya muara segala kehidupan dan samudera cipta peradaban. Laut dan air adalah habitat terbesar beraneka jenis satwa yang selalu dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber kehidupan dan penghidupan. Oleh sebab itu, laut dan air harus dirawat, disucikan, dan dimuliakan baik secara sakala (nyata) maupun niskala (spiritual).
“Secara sakala kami terus merawat dan melindungi agar laut dan air tetap lestari. Secara niskala kami melakukan ritual pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa agar selalu hidup harmonis dengan alam,” tandasnya.
Presiden World Water Council (WWC), Loic Fauchon mengucapkan terima kasih atas diselenggarakannya Upacara Segara Kerthi sebagai upacara pemurnian terhadap air. “Saya ucapkan terima kasih sudah undang saya ke upacara keagamaan Bali, ikut merayakan dan menghormati tradisi pemurnian Bali. Upacara pemurnian air ini sebagai simbol bahwa air itu sakral. Semoga kita bisa terinspirasi dari upacara pemurnian air ini, dan bisa membentuk serta memperkuat hubungan masyarakat, solidaritas dan hormat untuk alam,” ucapnya.
Melalui acara ini, ia mengajak semua pihak untuk konsen akan kewajiban dalam melindungi sumber-sumber air untuk generasi penerus nanti. “Mari kita bekerja bersama untuk keberlangsungan hidup manusia melalui pemeliharaan air,” ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinvest), Luhut Binsar Panjaitan juga menyampaikan ucapan terima kasih atas terselenggaranya “Bali Nice” melalui upacara Segara Kerthi. Dikatakan, tujuannya agar masyarakat bisa terus berusaha menghormati dan menjaga kualitas air.
“Upacara pemurnian air ini sebagai agenda pertama dalam pertemuan WWF. WWF ke-10 dimulai dengan upacara pemurnian air yang saya kira sangat bagus untuk mengetahui tradisi masyarakat Bali. Sebagian masyarakat luar mungkin tidak menghormati alam, dan melalui acara ini anda semua bisa lihat bagaimana kita sangat peduli dengan lingkungan. Bagaimana kita menghormati alam dan binatang melalui upacara ini. Tujuannya agar masyarakat bisa terus berusaha menghormati dan menjaga kualitas air. Masyarakat harus menjaga sumber mata air dan alam,” tandas Luhut. (Adv/balipost)