DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam upaya memenuhi kebutuhan talenta digital di Indonesia, tak cukup hanya perguruan tinggi yang menyediakan. Diperlukan lembaga lain untuk pengembangan skill. Demikian disampaikan Koordinator Program Pengembangan Ekosistem Start Up Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sony Sudaryana, Minggu (19/5).
Ia mengatakan lulusan dari perguruan tinggi belum tentu siap kerja. Sehingga perlu pelatihan lagi agar dapat sesuai dengan kebutuhan industri.
Untuk itu lah, Kominfo mengadakan Sekolah BETA Intensif yang meliputi kelas hustler, hipster, dan hacker. Setiap bulan kurikulum berubah sehingga dapat memenuhi kebutuhan talenta digital untuk pengembangan skill-nya.
Program yang diselenggarakan secara gratis itu dapat diikuti semua usia. Kominfo saat ini dikatakan fokus memfasilitasi dan mendorong pengembangan ekosistem digital.
Salah satu lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang digandeng dalam kegiatan ini di Bali, menurut Sony, adalah LKP Bina Taruna Wiratama (BTW). “Lembaga seperti ini diharapkan dapat mengisi gap kebutuhan industri dan ketersediaan talentanya,” ujarnya saat graduation Sekolah BETA Intensif.
Di Bali, menurutnya, banyak digital nomad. Namun, yang mengisi peluang tersebut justru dari luar negeri. Anak muda Bali tidak punya kesempatan masuk ke dunia itu karena kebanyakan sebagai pekerja di dunia pariwisata.
Founder BTW Edutech sekaligus pimpinan LKP BTW Dr. Ir. Standly Juwono Edwi Suwandhi mengatakan, kelas yang merupakan kolaborasi dengan Kominfo itu dimaksudkan untuk membina talenta digital di berbagai daerah. “Karena salah satu lapangan kerja yang menjanjikan adalah bidang teknologi informasi. Sekolah BETA memfasilitasi 3 minat yaitu hustler bagi orang yang tertarik pada pengembangan startup digital, hipster orang senang pada design, hacker pada yang membuat aplikasi,” bebernya.
Ia berharap dengan penguatan skill di luar lembaga kampus, talenta talenta digital Bali mampu bersaing di dunia kerja bahkan berwira usaha.
Sementara itu, Managing Partner Markas Bali Ni Putu Putri Ayu Wijayanthi mengatakan, Markas Bali adalah inisiasi dari anak muda Bali yang memiliki perhatian khusus untuk peningkatan skill di beberapa bidang tidak hanya teknologi, tapi juga seni, kerajinan, dan lainnya.
Lewat lembaga ini, ia ingin anak muda Bali tidak hanya menjadi penonton saat wilayahnya menjadi markas digital nomad dari seluruh dunia. “Bahkan banyak perusahaan digital nasional dan multinasional (yang beroperasi di Bali, red) tapi isinya bukan anak muda Bali,” ungkapnya.
Lewat kelas ini ia berharap anak muda Bali punya skill yang sama dengan para pelaku digital nomad dari berbagai negara. “Setidaknya ketika pariwisata turun, ada pilihan lain yang bisa dilakukan yaitu sebagai talenta digital,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)