"Happy Energy Action Leadership: Energy Transition, Livelihood, Systems, and Blended Finance" (HEAL) diluncurkan pada dialog Global Blended Finance Alliance (GBFA) di G20 Bali: “Natural Capital, Communities, and Climate Action for A Better Business and Better World" yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana Forum dan World Economic Forum dalam rangka World Water Forum ke-10, Minggu (19/5) di Denpasar. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – “Happy Energy Action Leadership: Energy Transition, Livelihood, Systems, and Blended Finance” (HEAL) diluncurkan pada dialog Global Blended Finance Alliance (GBFA) di G20 Bali: “Natural Capital, Communities, and Climate Action for A Better Business and Better World” yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana Forum dan World Economic Forum dalam rangka World Water Forum ke-10, Minggu (19/5) di Denpasar.

Program yang digagas United In Diversity Foundation bersama Rocky Mountain Institute ini bertujuan untuk mengkatalisasi perubahan sistem yang transformatif demi masa depan energi yang membahagiakan, tangguh, dan berkeadilan. Caranya, para pelaku transisi energi, baik lokal maupun global, diajarkan cara mengatasi berbagai hambatan sistemik dengan menggunakan pemikiran holistik, serta pemecahan masalah yang berorientasi pada masa depan, lintas sektoral, dan multidisiplin.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyambut baik kehadiran program HEAL untuk mewujudkan target nol emisi Indonesia seiring dengan upaya untuk mengurangi dampak krisis iklim. Ia menilai hal ini adalah tantangan yang kompleks dan memiliki banyak sisi yang mengharuskan semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama untuk menghasilkan solusi inovatif di berbagai bidang.

Baca juga:  Masa Depan Tradisi "Ngayah"

“HEAL tidak diragukan lagi akan membantu mempercepat upaya-upaya tersebut dengan menyelaraskan upaya bersama ini. Saya berharap semua pemangku kepentingan yang relevan, baik lokal maupun internasional, akan berpartisipasi untuk menyukseskan program ini,” sebut Arifin dalam keterangan tertulisnya.

Saat programnya dimulai nanti, HEAL akan mengajak 45 pemimpin di bidang transisi energi dari berbagai sektor- pembuat kebijakan, lembaga keuangan nasional dan multilateral, negara-negara donor, produsen energi, pemerintah daerah, universitas, dan organisasi masyarakat sipil- dalam sebuah perjalanan pembelajaran holistik yang berlangsung selama empat bulan. Programnya akan mencakup lokakarya tatap muka, kunjungan lapangan yang mendalam, modul peningkatan kapasitas multidisiplin secara daring, serta kerja kelompok yang meresponi langsung berbagai tantangan dari proyek-proyek transisi energi yang otentik.

Baca juga:  Puluhan Ribu Peserta akan Hadiri Forum Air Sedunia 2024 di Bali

Model pembelajaran campuran ini diimplementasikan di lingkungan yang secara sengaja difasilitasi untuk mewakili keragaman suara dan perspektif dalam transisi energi. Hal ini memungkinkan peserta untuk melihat dan memahami seluruh sistem, sehingga membawa pada koordinasi yang lebih baik antara para pemangku kepentingan, solusi yang lebih inovatif, dan menjadi fondasi untuk perubahan transformatif yang lebih dalam dan luas baik melalui instrumen kebijakan, inovasi keuangan, penyiapan sumber daya manusia, dan keadilan iklim.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia dan Tri Hita Karana co-host, Luhut Binsar Panjaitan, menekankan pentingnya program ini. “Mata dunia tertuju ke Indonesia sehingga kita harus menjadi contoh sukses transisi energi yang adil, dengan menyeimbangkan pembangunan ekonomi, kesetaraan sosial, dan pemeliharaan lingkungan,” tegasnya.

Tantowi Yahya, Presiden United In Diversity dan Duta Besar Keliling Indonesia untuk Pasifik menilai sangat bijaksana untuk mengantisipasi sektor energi akan mengalami gangguan yang tidak terpikirkan sebelumnya, baik dari krisis iklim maupun melalui inovasi dalam sumber energi, penyimpanan, akses, dan model bisnis. “Oleh karena itu, kita harus siap untuk mengevolusikan instrumen-instrumen kemasyarakatan kita– kebijakan, sumber daya manusia, pembiayaan, dan model bisnis- sehingga kita dapat memanfaatkan setiap gangguan yang tiba untuk mewujudkan tujuan kita yang sejati, yaitu menciptakan masyarakat yang bahagia, tangguh, dan adil,” sebutnya.

Baca juga:  Kemenag Usulkan Perubahan Istilah Isa Al Masih Jadi Yesus Kristus

Wini Rizkiningayu, Principal Rocky Mountain Institute untuk Asia Tenggara, pihaknya sangat senang dapat bermitra dengan UID dalam melaksanakan program ini. Karena, program ini akan mendukung agenda net zero dan transisi energi di Indonesia.

Senada disampaikan Shobi Lawalata, Pimpinan Program HEAL dan fasilitator senior UID serta Direktur Program Akademik dan Pembelajaran. Pihaknya mengaku sangat senang dapat membawa pendekatan baru ini ke dalam cara bercakap dan bertindak secara tepat waktu dan mendesak untuk transisi energi. (kmb/balipost)

BAGIKAN