Sejumlah wisatawan mancanegara menyusuri persawahan saat liburan di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan, Bali, Jumat (12/4/2024). (BP/Dokumen)

TABANAN, BALIPOST.com – Saat ini subak masih eksis di Bangli dan di Tabanan. Namun, tak sedikit yang memprediksi subak akan punah jika alih fungsi sawah terus terjadi. Bagaimana kepedulian pemerintah daerah?

Di Kabupaten Bangli terdapat 489 subak. Terdiri dari subak sawah, dan Subak Abian. Untuk menjaga kelestarian subak, Pemkab Bangli selama ini rutin memberikan perhatian berupa bantuan dana kepada subak.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli, I Wayan Sugiarta mengatakan, Pemkab Bangli selama ini telah mengalokasikan anggaran pada APBD untuk memberikan bantuan kepada ratusan subak di Bangli. Nilai bantuan yang diberikan saat ini Rp10 juta per subak. Sebelumnya subak sempat diberikan bantuan Rp50 juta.

Untuk subak yang ada di wilayah desa, bantuan dana tersebut diberikan melalui desa. Sedangkan untuk subak yang ada di wilayah kelurahan, bantuan diberikan lewat Disparbud dalam bentuk kegiatan.

Secara umum bantuan dana tersebut bisa dimanfaatkan oleh subak untuk tiga hal yang berpedoman pada Tri Hita Karana yakni parhyangan, pawongan dan palemahan. Adapun program yang masuk baga parhyangan seperti pelaksanaan upacara atau aci. Sementara program baga pawongan seperti pengadaan alat tulis kantor untuk kegiatan administrasi subak.

Baca juga:  Kunjungi SMAN 1 Denpasar, Kisah dan Capaian Gubernur Koster Inspirasi Siswa

Sugiarta tak menampik bahwa bantuan dana yang diberikan kepada subak saat ini nilainya masih cukup terbatas. Dengan bantuan Rp10 juta, hanya cukup untuk membiayai program/kegiatan pada baga parhyangan.

Pemberian bantuan untuk subak tentu menyesuaikan kemampuan keuangan daerah Bangli. Menurut Sugiarta tidak menutup kemungkinan, jika kemampuan keuangan Bangli nantinya meningkat bantuan untuk subak akan ditambah. “Yang sekarang hanya bisa tersentuh pada baga parhyangan untuk melaksanakan upacara tiap enam bulanan misalnya. Kalau memang nanti bisa ditambah, bisa jadi untuk menutupi biaya tambahan upacara atau bisa untuk biaya operasional. Apakah ada sejenis insentif atau lainnya,” katanya.

Sementara itu Kabupaten Tabanan berkomitmen menjaga kelestarian sistem irigasi tradisional subak sebagai aset berharga bagi sektor pertanian. Subak, yang telah digunakan selama berabad-abad, memainkan peran penting dalam mempertahankan keberlanjutan pertanian di wilayah ini.

Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, menggarisbawahi bahwa subak merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan. Melalui sistem ini, air irigasi didistribusikan secara merata ke lahan pertanian, memungkinkan petani untuk terus bertani dan menghidupi keluarga mereka.

Baca juga:  Korupsi Pengadaan Kapal Inka Mina, Dituntut Enam Tahun

“Subak tidak hanya menjaga keberlangsungan pertanian, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga kesuburan tanah dan keseimbangan ekosistem. Sistem ini membantu mengatur aliran air yang optimal, mengurangi erosi, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman,” ujar Bupati Sanjaya.

Dia menekankan bahwa keberhasilan subak telah terbukti dan tantangan saat ini adalah mempertahankan eksistensinya. Menurutnya, selain regulasi seperti Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Bupati (Perbup), dan awig-awig (aturan adat), semua pihak harus terlibat dalam pelestarian subak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

“Kami sangat mengapresiasi petani yang konsisten menjaga kearifan lokal, khususnya dalam mempertahankan subak dan rice terrace yang merupakan bagian dari lanskap pertanian yang telah ada selama ribuan tahun. Sistem subak, irigasi, tata kelola, dan manajemen yang tetap dipertahankan, ditambah dengan teknologi ekohidrologi, menciptakan perpaduan holistik antara kebudayaan lokal dan kemajuan modern,” lanjutnya.

Baca juga:  Ternyata Saat Evakuasi Pasutri Jepang yang Dibunuh dan Dibakar, Pelakunya Lewat Depan TKP

Bupati Sanjaya juga mengakui tantangan yang dihadapi Tabanan akibat perkembangan pariwisata yang pesat. Dekatnya Tabanan dengan kabupaten-kabupaten wisata seperti Badung, Gianyar, dan Denpasar, menjadi godaan besar. Meski demikian, 75 persen masyarakat Tabanan yang masih bergelut di sektor agraris tetap berkomitmen menjaga daerah ini sebagai daerah pertanian.

“Pertanian adalah soko guru dan pekerjaan yang mulia, bukan sekadar mencari makan, tetapi juga merupakan persembahan terhadap alam semesta yang harus dijaga. Pariwisata adalah bonus, bukan alasan untuk mengeksploitasi sektor pertanian,” tegas Bupati Sanjaya.

Pemerintah Kabupaten Tabanan telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk memastikan keberlanjutan subak. Dinas Pertanian secara terus-menerus melakukan pembinaan kepada kelompok-kelompok subak dengan bekerja sama dengan Pekaseh (organisasi petani) dan desa adat. Selain itu, Perusahaan Daerah (Perusda) Dharma Santika turut membantu dengan membeli hasil produksi pertanian dari subak dan mendistribusikannya ke beberapa daerah di Bali serta hotel-hotel besar. “Menjaga eksistensi subak menjadi prioritas dalam kebijakan kami untuk memastikan ketahanan pangan di Tabanan dan Bali secara keseluruhan,” tambah Bupati Sanjaya. (Dayu Swasrina/Puspawati/balipost)

BAGIKAN