Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam acara “Harvesting Gernas BBI-BBWI 2024 Provinsi Sumsel” yang disiarkan melalui video di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (26/5/2024). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPSOT.com – Keuntungan sebesar Rp 12 triliun melalui penjualan dan ekspor bahan bakar aviasi ramah lingkungan (sustainable aviation fuel/SAF) menjadi perhatian dari Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

“Diestimasikan bahwa penjualan SAF secara domestik dan ekspor dapat menciptakan keuntungan lebih dari Rp 12 triliun per tahun,” ujar Luhut, sebagaimana dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (30/5).

Angka tersebut diperoleh dengan menghitung nilai ekonomi melalui kapasitas produksi kilang-kilang biofuel Pertamina.

Baca juga:  OPEXCON 2019, Astra Motor Bali Raih "Gold Achivement"

Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi sudah melakukan uji coba statis yang sukses dari SAF untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B. “Hal ini membuktikan bahwa produk mereka layak digunakan pada pesawat komersil,” kata Luhut.

Selain itu, katanya, pengembangan industri SAF juga akan menjadi pintu masuk investasi kilang biofuel lebih lanjut dari swasta maupun BUMN.

Mengutip data International Air Transport Association (IATA), Luhut mengatakan bahwa Indonesia diprediksi akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia dalam beberapa dekade ke depan. Dengan asumsi kebutuhan bahan bakar itu mencapai 7.500 ton liter hingga 2030.

Baca juga:  Perkawinan Paksa dan Perbudakan Seksual Masuk RUU TPKS

Prediksi tersebut lantas menjadi landasan bagi Luhut untuk memimpin Rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia.

Luhut menyadari bahwa seiring meningkatnya aktivitas penerbangan, emisi karbon yang dihasilkan juga akan terus bertambah. Oleh karena itu, intervensi untuk mengurangi emisi karbon menjadi penting.

“Dari berbagai data dan kajian, bisa saya simpulkan bahwa SAF adalah solusi paling efektif untuk mewujudkan masa depan penerbangan yang ramah lingkungan di Indonesia,” kata dia.

Baca juga:  Mudik Lebaran, Anak di Bawah 18 Tahun Diizinkan Tak Tes Antigen

Karena itu, lanjutnya, upaya menciptakan bahan bakar aviasi ramah lingkungan (SAF) ini bukan hanya menjadi inovasi semata, melainkan suatu komitmen dalam upaya mengurangi emisi karbon global.

“Saya menargetkan setelah keluarnya peraturan presiden, SAF dapat kami launching payung hukumnya selambatnya pada Bali International Airshow 2024, September mendatang,” kata Luhut. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN