Kabupaten Jembrana mendapatkan mesin pengolah sampah menjadi RDF di TPA Peh. (BP/Ist)

NEGARA, BALIPOST.com – Pemerintah Kabupaten Jembrana mulai mendapat angin segar untuk mengatasi permasalahan sampah yang telah menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Banjar Peh, desa Kaliakah, Kecamatan Negara.

Bekerjasama dengan PT Wisesa Global Solusindo, Pemkab Jembrana mendapat bantuan satu unit mesin pengolahan sampah yang nantinya dapat mengolah sampah organik dan anorganik dimana sampah organik menjadi kompos dan sampah anorganik diolah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel). RDF selama ini dikenal sebagai hasil pemisahan sampah yang dikeringkan kadar airnya sebagai alternatif sumber energi penggunaannya oleh industry.

Pengolahan sampah menjadi RDF di TPA Peh diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan sampah di TPA Peh yang sudah overload. Saat ini, TPA Peh menerima sekitar 50-60 ton sampah per hari ini. Sedangkan sampah eksisting diperkirakan sudah mencapai ratusan ribu ton. Ini menyebabkan TPA Peh hampir tidak bisa lagi menampung sampah apabila tidak segera diatasi.

Baca juga:  Segel Mesin Dispenser di 2 SPBU di Badung Akhirnya Dibuka

Bantuan mesin pengolahan sampah menjadi RDF menjadi angin segar untuk mengatasi sampah yang telah menggunung. Bupati Jembrana I Nengah Tamba pun sangat antusias ketika menerima langsung kedatangan mesin itu di TPA Peh, Senin (3/6).

“Hari ini kedatangan mesin ini saya merasa bahagia, ini ada masa waktu yang akan kita uji coba dulu apakah sudah sesuai ekspektasi,” ucap Bupati Tamba.

Bupati Tamba memperkirakan apabila mesin ini dapat beroperasi dengan baik, sampah eksisting yang ada di TPA akan bisa dibersihkan dalam waktu beberapa tahun ke depan. “Sampah kita hari ini menurut dinas LH sudah ada 100.000 ton sampah eksisting.

Baca juga:  Kembali Digelar, BDF ke-15 Angkat Tema Kepemimpinan dan Solidaritas

Kalau volume pekerjaan ini diambil satu hari 400 ton bisa 4 tahun baru akan selesai sampah ini,” ujarnya. Pihaknya mengatakan kedatangan mesin ini sama sekali tidak menggunakan APBD. Hal ini murni atas kepedulian bersama untuk mengatasi permasalah sampah yang ada di Jembrana.

“Kita tidak mengeluarkan tipping fee, armada kita juga minim sekali. Tapi dasarnya semangat kita bersama menjadikan Jembrana ini percontohan pertama,” tutupnya. Sementara itu, Yohanes dari PT Wisesa Global Solusindo mengatakan hasil pengolahan sampah anorganik nantinya akan menjadi bahan bakar alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembuatan semen.

Baca juga:  Jika Tak Dinormalisasi, Banjir Lahar Dingin Ancam Permukiman

“Sampah eksisting ini akan diolah menjadi RDF, itu nanti menjadi pengganti batubara yang akan dipakai oleh SBI yang kita sudah kerjasamakan,” ucapnya. Dirinya menambahkan Jembrana menjadi satu-satunya di Bali yang mendapat bantuan mesin pengolahan sampah ini. “Untuk Bali, first-time di Jembrana. Sebelumnya sudah ada di Jakarta dan Jogja,” imbuhnya.

Terakhir, Ia pun mengungkapkan dalam proses pengolahan sampah juga harus dipertimbangkan dari segi keselamatan kerja. Menurutnya, sampah yang telah menumpuk sekian lama memiliki potensi yang cukup berbahaya. “Kapasitas mesin bisa sampai 300 ton, cuma kita tahu sampah ini kan juga mengandung gas metan, kita juga harus hati-hati. Jadi kalau kita ingin cepat mendapat hasil, tapi kita juga harus hati-hati,” pungkasnya. (Adv/Balipost)

BAGIKAN