Salah seorang warga yang sedang melintas, melihat sepanduk penutupan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) di Jalan Gunung Agung, Denpasar, Kamis (2/5). (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah kota telah menutup dua Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS). Untuk TPSS di Jalan Gunung Agung sudah tutup per 1 Mei 2024 dan dibangun Puskesmas. Sedangkan per 1 Juni, Pemkot juga menutup TPSS Lumintang untuk pembangunan skatepark.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar IB Putra Wirabawa, Selasa (4/6) meminta agar warga mengubah perilaku dengan memilah sampah sendiri.

Ia mengatakan, ada sekitar 8 truk atau 3 ton sampah yang dibawa ke TPSS lumintang setiap harinya. Sementara, volume sampah di Kota Denpasar setiap harinya mencapai 800-900 ton.

Dengan besarnya volume tersebut, sementara dua TPSS ditutup dan 2 TPST (TPST Kesiman Kertalangu dan TPST Padangsambian Kaja) belum beroperasi maksimal, sesuai Perda nomor 8 tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah dan Instruksi Wali Kota Denpasar nomor 1 tahun 2024 tentang Optimalisasi Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, masyarakat diminta memilah sampah sendiri.

Baca juga:  Ciptakan Alat Pengering Kakao Bertenaga Surya, Tim Mahasiswa dari Bali Raih Anugerah Innovillage 2023

Sampah organik yang telah dipilah dapat dibawa ke sumur resapan modifikasi. Sedangkan sampah non organik dibawa ke bank sampah yang ada di banjar banjar atau kelompok swakelola.

Selain itu, dengan ditutupnya TPSS, ia juga mendorong mengoptimalkan TPS 3R yang ada di desa/kelurahan.

“Makanya kita dari Lingkungan Hidup mengoptimalkan pemanfaatan bank sampah di masing masing banjar dan kelompok swakelola agar dapat mendekatkan pelayanan ke masyarakat agar masyarakat tidak bingung membawa kemana sampahnya, makanya kita optimalkan pembentukan bank sampah di banjar banjar. Diharapkan masyarakat yang sudah memilah, membawa sampahnya ke banjar,” ujarnya.

Baca juga:  Di PKB, Eksistensi Perak Digeser Alpaka

Diakui, jumlah bank sampah di Denpasar terus bertumbuh sejak 4 tahun terakhir. Saat ini ada sekitar 337 bank sampah di Denpasar.

“Tahun ini kita membantu bank sampah yang aktif dengan memberi bantuan timbangan. Setiap bank sampah buka kita langsung turun, setiap hari minggu turun kita membawa kompos. Konsumen yang aktif dan melakukan pemilahan itu kita kasih kompos,” ujarnya.

Meski demikian, masih ada sejumlah kendala belum masifnya masyarakat melakukan pemilahan sampah. “Kendala masyarakat belum masif memilah sampah karena proses pemilahan salah satunya, tapi sekarang sudah mulai meningkat volume sampah yang dipilah dan sekarang 337 bank sampah itu sudah aktif walaupun tidak setiap hari buka karena ada yang buka hari Minggu, hari Jumat,” tandasnya.

Baca juga:  Dari Pria Asal Medan Diamankan hingga Tambahan Kasus COVID-19 Bali di Atas 250 Orang

Selain ke bank sampah yang ada di banjar, di sekolah juga ada bank sampah. Menurutnya hal itu dilakukan agar masyarakat semakin mudah menyalurkan sampah non organiknya.

Di Denpasar, lanjutnya terdapat sekitar 280-an tempat sampah swakelola. Ia menilai keberadaannya cukup menampung sampah yang biasanya dibawa ke dua TPSS tersebut.

Pengelolaan swakelola sampah sesuai Perwali, dikoordinir oleh 35 desa/kelurahan. Pengangkutan sampah nantinya dengan memberdayakan kelompok swakelola. Ia berharap kelompok ini juga bisa menyampaikan ke masyarakat bahwa nantiya sampah yang tidak dipilah, tidak akan diangkut. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN