SINGARAJA, BALIPOST.com – Sekaa gong legendaris Eka Wakya, Banjar Adat Banjar Paketan, Desa Adat Buleleng memastikan tampil prima di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024 mendatang. Sekaa gong inipun akan membawakan dua tarian klasik dan dua tetabuhan lawas hasil rekonstruksi dari seniman asal Banjar Paketan sendiri.
Pembina Sekaa Gong Kebyar Eka Wakya, I Gede Arya Setiawan pada Rabu 5 Juni 2024 menceritakan tidak ada dokumen dan catatan resmi yang menyebut kapan pertama kalinya sekaa gong kebyar ini didirikan. Namun catatan yang ada dan penuturan tetua Sekaa Gong Eka Wakya sudah pentas di Puri Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tahun 1917 silam.
Eksistensi Eka Wakya dalam mempertahankan dan melestarikan kesenian gong kebyar khas Buleleng pun terjaga hingga saat ini. Terbaru, sekaa lawas yang dimiliki oleh Banjar Paketan inipun akan tampil di PKB 2024 ini.
Pada PKB nanti, penabuh sudah menyiapkan sejumlah materi garapan. Empat materi yang akan ditampilkan adalah karya lama yang sempat ditinggalkan.
Keempat garapan tersebut di antaranya rekonstruksi tabuh kreasi Dwikora yang diciptakan tahun 1930 pada masa pembina Gde Manik.
Tabuh kreasi ini kemudian diaransemen ulang oleh Mayor Metra hingga mengantarkan Eka Wakya menjadi juara dan pentas di Istana Tampaksiring.
Garapan kedua yakni Tari Subali-Sugriwa yang juga tabuh tua Eka Wakya yang juga diilhami Gde Manik, dan kemudian disempurnakan kembali pada masa pembina Keranca.
Garapan ketiga adalah Tari Gelatik. Materi ini diminta langsung oleh Prof Bandem dan Prof Rai yang belum lama ini tutup usia, untuk dibawakan kembali saat PKB mendatang.
Sedangkan, Eka Wakya akan menunjukan persembahan keempatnya dengan aransemen tabuh Enem Galang Kangin.
Hingga kini Wakya masih menggunakan instrumen gamelan tua yang sudah diwarisi sejak dahulu. Instrumen gamelan tua Eka Wakya secara umum jika dibandingkan dengan instrumen gamelan daerah lainnya di Bali memiliki beberapa kekhususan.
Terutama dari jumlah gangsa yang pada umumnya memakai empat lungguh, untuk Eka Wakya memakai delapan lungguh. Begitu juga dengan instrumen jublag atau calung yang pada umumnya memakai dua unit, Eka Wakya menggunakan empat. (Nyoman Yudha/balipost)