NEGARA, BALIPOST.com – Sebagai desa yang berada dekat pusat pemerintahan lama Negara, Desa Adat Lelateng memiliki sejumlah potensi tradisi, salah satunya kesenian rakyat.
Selain Jegog, kesenian gamelan khas Jembrana, Kendang Mebarung juga masih eksis di desa yang tergolong padat penduduk ini.
Bendesa Adat Lelateng, Made Samiada mengatakan kesenian di desa adat merupakan salah satu yang harus dipertahankan.
Pembinaan seni dan tradisi ini di masing-masing banjar adat diayomi melalui baga pawongan.
Pembinaan secara umum terhadap sekaa seni terus dilakukan, dan mengkhusus lagi di tingkat banjar, bagaimana regenerasi agar kesenian ini tetap eksis.
Beberapa kesenian khas Jembrana seperti Jegog dan Kendang Mebarung masih eksis di desa. Di antaranya merupakan tradisi turun temurun.
Tahun ini, dua sekaa seni dari Lelateng akan tampil dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024. Kendang Mebarung merupakan instrumen gamelan tradisional yang memiliki kekhasan kendang berukuran besar dengan suara khas.
Sementara Ketua Sekaa Cipta Suara, I Ketut Wiama menambahkan saat tampil, selain diiringi gamelan, dentuman kendang mendominasi namun bukan dari kerasnya pukulan.
Melainkan kendang ditabuh secara konstan dan mengikuti irama tetabuhan, lambat atau cepat.
Ini yang menjadi ciri khas, tidak asal-asalan atau sekedar kencang memukul kendang. Tetap konstan pukulannya, meskipun mebarung atau saling kejar dengan kendang lain.
Wiama merupakan generasi keempat dari kesenian Kendang Mebarung dari keluarganya. Dua kendang mebarung yang disimpan di rumahnya, merupakan peninggalan kakeknya sejak masa penjajahan 1900-an.
Bersama kakaknya, I Ketut Riasa, sekaa ini membina generasi muda melestarikan kesenian khas Jembrana tersebut.
Dalam sekali pentas gamelan ini berdurasi sekitar satu jam dengan 14 orang, termasuk gamelan.
Dua kendang besar ikut dimainkan mengikuti irama gamelan dan puncaknya saat mebarung. Penampilan Kendang Mebarung di PKB dari sekaa ini merupakan yang kesekian kalinya dengan penabuh baru dari generasi muda. (Surya Dharma/balipost)