Pembukaan BBTF ke-10 yang berlangsung di Nusa Dua, Badung. Sebanyak 282 seller paket wisata dari 8 negara terlibat dalam ajang Bali Beyond and Travel Fair (BBTF) ke-10 yang berlangsung dari 12 -14 Juni 2024. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Sebanyak 282 seller paket wisata dari 8 negara terlibat dalam ajang Bali Beyond and Travel Fair (BBTF) ke-10 yang berlangsung dari 12 -14 Juni 2024. Delapan negara tersebut yaitu Indonesia, Nepal, Timor Leste, China, Amerika Serikat, Malaysia, Afrika Selatan, dan Iran.

Terdapat 11 provinsi di Indonesia juga berpartisipasi, yaitu Bali, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Yogyakarta (DIY), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur.

Chairman BBTF ke-10 Putu Winastra saat pembukaan BBTF di Nusa Dua, Rabu (12/6), mengatakan, jumlah peserta ini meningkat sebesar 19 persen dibandingkan partisipasi tahun lalu. Selain itu ada 370 pembeli dari 45 negara. Jumlah terbesar berasal dari india, India, Malaysia, Rusia, Turki, Thailand, Singapura, disusul Arab Saudi.

Baca juga:  Komjen Golose Kunjungi Polda Bali, Ini Jadi Bahasan

ia mengatakan tema yang diusung dalam BBTF kali ini, yakni Menjelajahi dan Mengalami Rasa Keindahan Indonesia bertujuan untuk memperkuat destinasi wisata unggulan, menyoroti beragam daya tariknya, mempromosikan praktik berkelanjutan, dan membina kolaborasi yang mendorong kemajuan industri pariwisata.

Sementara itu, Ketua Bali Tourism Board IB Agung Partha Adnyana mengatakan, BBTF sebagai upaya memperkuat branding dan eksistensi Bali. Dua tahun belakangan Bali tetap konsisten menggaungkan pariwisata yang berkelanjutan termasuk pada ajang tersebut.

Baca juga:  BBTF 2023 Ditarget Bukukan Transaksi Rp6,7 T

“Sampai 2025 kita masih membahas sustainable tourism. BBTF ini menunjukkan pariwisata Bali masih bergeliat dan masih cukup bagus untuk mendatangkan wisatawan,” jelasnya.

Salah satu implementasi nyata yang dilakukan pelaku usaha untuk menuju pariwisata berkelanjutan adalah menggunakan bahan bahan ramah lingkungan. Diakui untuk alat alat toiletries telah menggunakan bahan ramah lingkungan, seperti sabun ramah lingkungan.

Minyak yang digunakan untuk makanan di hotel pun menggunakan kelapa sawit dari perkebunan yang legal, bukan diolah dengan cara yang tidak benar. Termasuk penggunaan gas ke hotel juga menggunakan gas bebas dari LPG 3 kg subsidi. “Makanya jangan pakai LPG lagi, tapi pakai LNG, karena kalau LNG tidak mungkin bisa dioplos, dan lebih efisien. Kalau LPG masih ada gas yang mengendap kalau LNG terbakar habis dan ramah lingkungan. Kita industri siap transisi dari LPG ke LNG” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Fenomena Digital, Peluang Bali Munculkan Keunikan Garap Wisatawan Milenial
BAGIKAN