DENPASAR, BALIPOST.com – Secara ekonomi, pariwisata telah memberikan dampak positif, di sisi lain pariwisata menimbulkan ketidaknyamanan, ketidakamanan dan masalah sosial lainnya. Jika tak ditata mulai sekarang, pariwisata Bali bisa membawa bencana bagi Bali.
Pengamat Pariwisata, I Made Sulasa Jaya, Selasa (18/6) mengatakan, jika mengacu pada konsep THK berkelanjutan dan dampaknya terhadap kesejahteraan sudah mulai terlihat. Tingginya tingkat bunuh diri di Bali sebagai salah satu indikator penting terkait kesejahteraan. Hal ini bisa menjadi indikasi perkembangan pariwisata menimbulkan ketidaknyamanan bagi penghuninya.
Faktor kedua terkait pekerjaan, pendapatan dan daya beli termasuk kemampuan mengakses pendidikan, kesehatan, dan adat tradisi dirasakan menurun. Ini akibat makin banyaknya wisatawan dan pendatang yang berusaha di Bali. Hal itu dinilai menambah tekanan bagi pengusaha dan keresahan masyarakat lokal yang semakin tak terkendali.
Selain itu, menurutnya, dampak pariwisata, menurunnya etika dan moral dalam menegakkan aturan yang berdampak pada kesemrawutan tata sosial secara fisik maupun nonfisik. Semakin jauhnya jenjang pembangunan antarsektor dimana sektor pariwisata semakin mendominasi sektor pertanian. Hal ini berisiko tinggi karena kondisi geopolitik menyebabkan orang datang ke Bali bisa terganggu. Begitu juga bahan pangan impor akan menjadi mahal dengan peperangan yang terjadi.
Dengan menggunakan beberapa indikator berdasarkan beberapa pengamatan ia menilai bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat karena kepariwisataan menurun ke level bencana. Sehingga pariwisata Bali memerlukan tindakan yang tidak bisa ditunda-tunda. Penataan berupa pendataan masalah, review penyelasaran dan keseimbangan antara upaya industrialisasi pragmatis dan menjaga nilai-nilai idealisme daerah Bali.
Deputi Kepala BI Bali, G.A. Diah Utari mengatakan, dengan semakin meningkatkan aktivitas pariwisata, pertumbuhan ekonomi Bali juga masih tercatat tinggi yang mencapai 5,98% (yoy) pada triwulan I 2024. Pertumbuhan sektor pariwisata juga menjadi lokomotif untuk penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya local community based business.
Tingkat pengangguran di Bali per Februari 2024 sebesar 1,87% dan kemiskinan sebesar 4,25%, masing-masing lebih rendah dari nasional yang tercatat sebesar 4,82% dan 9,36%. Sementara itu, jumlah UMKM terkait pariwisata jumlahnya lebih dari 200.000 usaha berdasarkan data BPS.
Namun demikian, Utari mengatakan, sektor pariwisata Bali masih terkonsentrasi pada wilayah Bali Selatan yakni Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) yang tercermin dari share ekonomi, penyaluran kredit, tingkat pendapatan dan pengeluaran yang lebih tinggi pada wilayah tersebut dibandingkan wilayah Non-Sarbagita. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan upaya untuk mendorong kunjungan wisawatan ke wilayah Bali Utara guna mengurangi ketimpangan. (Citta Maya/balipost)