Warga pangempon Pura Kawitan Arya Wang Bang Pinatih di Desa Karambua, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, menggelar karya Ngenteg Linggih Padudusan Alit. (BP/Istimewa)

LUWU TIMUR, BALIPOST.com – Warga pangempon Pura Kawitan Arya Wang Bang Pinatih di Desa Karambua, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, menggelar karya Ngenteg Linggih Padudusan Alit. Diawali dengan Matur Piuning yang dilanjutkan paruman pangemong pura, pada 22 Mei 2024.

Kegiatan Nyukat Karya pada 2 Juni 2024 kemudian Macaru, Malaspas lan Mendem antara lain Rsigana Manca Kelud, Nawa Gempang, Surya Candra, Malaspas Palinggih lan Mendem Padagingan, Daksina Linggih pada, Rabu (19/6). Puncak karya Ngenteg Linggih akan berlangsung dengan ragkaian karya Ngenteg Linggih, Ngingkup, Nilapati, Mangun Ayu, Kebat Daun, Guru Bendu Piduka lan Natak Tiyis/Penganugrahan atau Piodalan pada, Sabtu (22/6).

Baca juga:  Ditetapkan Tersangka, Kepala BKKBN Akan Ikut Prosedur Hukum

Seluruh rangkaian karya mulai Nyukat Karya dipuput Ida Padanda Rsi Agung Pinatih Kerta Yoga dari Geria Kerta Yoga Talikup Gianyar. Sehari setelah puncak karya, Minggu (23/6) dilanjutkan dengan Panganyar lan Nyenuk Karya. Senin (24/6) menghaturkan panganyar, pengelemek lan Rsi Bojana dan Selasa (25/6) dilanjutkan dengan panyineb karya dengan menghaturkan banten panganyar, nyegara gunung, ngeseng dan lainnya.

“Ida Padanda, sudah berada di Desa Karambua, Wotu, Luwu Timur sejak 1 Juni 2024 dan baru akan kembali di 26 Juni 2024,” ungkap Ketua Panita Karya Ngenteg Linggih Pura Kawitan Arya Bang Pinatih Karambua, Wayan Sudarsana, Rabu (19/6).

Baca juga:  Tampakgangsul Gelar "Ngenteg Linggih" hingga "Jempong Asu"

Dikatakan, Karya Ngenteg Linggih kali ini merupakan karya serupa untuk kedua kalinya sejak pura ini dibangun pada 1984. Awal berdirinya, pura ini diempon 9 kepala keluarga (KK) dan saat ini pangempon berjumlah 85 KK yang bukan saja berasal dari Luwu Timur, ada juga yang dari Luwu Utara Sulawesi Selatan dan beberapa daerah di Sulawesi Tengah.

Persiapan untuk pelaksanaan karya, khususnya persiapan pendanaan, kata Wayan Sudarsana, dilakukan krama pangempon sejak tiga tahun lalu. Mereka mapeturunan (membayar iuran) setiap musim panen atau setiap enam bulan.

Baca juga:  Kraken Muncul, Masyarakat Perlu Perkuat Penerapan Prokes

Di samping iuran warga pangempon, warga lain di luar kawitan juga banyak menghaturkan punia, baik berupa uang tunai maupun berupa sarana prasarana upakara, untuk pelaksanaan karya besar tersebut. “Kalau persiapan upakara, dilaksanakan sejak Mei 2024,” sebut Sudarsana. (Bali Putra/balipost)

BAGIKAN