DENPASAR, BALIPOST.com – Sejumlah sulinggih menyarankan umat Hindu tak melakukan palukatan pada purnama sasih Sada pada Jumat, 21 Juni 2024.

Hal ini disebabkan purnama Sada termasuk sasih nampih, sasih mala dan tepat jatuh pada Kala Paksa yakni sehari sebelum Tumpek Wayang.

Hal itu dibenarkan Dalang, I Gede Arum Gunawan atau Jro Dalang Arum dan akademisi UNHI Denpasar Doktor I Gusti Ketut Widana pada Dialog Merah Putih tentang Purnama Sada dan ritual Tumpek Wayang, di Warung Bali Coffee Jalan Veteran 63 Denpasar, Rabu (19/6).

Baca juga:  Sulinggih Sebut Ini Maknanya, Pura Terbakar saat "Blood Moon"

Menurut Jro Dalang Arum, sasih Djestha dan Sada sebenarnya sasih tambahan dalam Primbon Bali  karena sasih yang sebenarnya mulai dari Kasa hingga Kedasa. Makanya sasih ini disebut sasih mala.

Jro Dalang Arum menambahkan pada purnama Djestha dan Sada disebut purnama nampih akibat sasih yang saling tumpang tindih. Makanya kalangan spiritual dan sulinggih menganggap sasih ini tak cocok menggelar upacara Panca Yadnya atau malukat. Paling tidak dia menunggu datangnya sasih Kasa.

Baca juga:  Pengelola Tirtagangga Tambah Fasilitas Jukung Tradisional dan Tempat Malukat

Kedua, kata Arum, pada purnama, Jumat (21/6) disebutkan Kala Paksa atau hari tak baik. Saat itulah umat memasang saselet sebagai batas aktivitas agar mengerem diri.

Sementara itu, Widana mengkritisi upacara yang sebenarnya bersifat personel namun dimassalkan. Sebab yang namanya bebayuhan seperti Tumpek Wayang sifatnya personel, sangat tepat dilakukan secara pribadi.

Bebayuhan  menyangkut pawukon dan kelahiran. Namun dia tak menyalahkan jika ada yang memilih upacara massal disesuaikan dengan keyakinan diri.

Baca juga:  Kemeriahan Perayaan Festival Navaratri di Medan

Tumpek Wayang adalah momentum menemukan jati diri. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku yang makin baik. (Sueca/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN