NEGARA, BALIPOST.com – Lima desa adat di Kecamatan Negara bergotong royong pelaksanaan karya melaspas lan ngenteg linggih Pura Majapahit di Desa Baluk.

Puncak karya pada Sabtu (22/6), tepatnya pada rahina Saniscara Kliwon Wayang diawali dengan melasti ke Segara Pengambengan, pada Jumat (21/6).

Prawartaka Karya, I Komang Wiasa mengatakan rangkaian karya melaspas dan ngenteg linggih Pura Majapahit sudah dimulai sejak Mei hingga nanti akhir Juni mendatang.

Pada Jumat, dilaksanakan upacara melasti ke segara Desa Pengambengan, kemudian dilanjutkan mapekelem serta tari rejang masal.

Baca juga:  Desa Adat Temesi Gelar Karya Agung

Puncak karya melaspas dan ngenteg linggih dilaksanakan pada rahina Saniscara dipuput oleh tujuh sulinggih. Selama karya ini berlangsung, krama masyarakat yang melaksanakan ayah-ayahan berasal dari  lima desa adat pangempon pura yakni Desa Pakraman Baluk, Baler Bale Agung, Banyubiru, Kaliakah Kauh dan Kaliakah Kangin.

Selama prosesi menuju puncak karya, mendem pedagingan turut ngupasaksi dari berbagai kalangan termasuk dari luar Jembrana.

Di antaranya, Raja Klungkung, Ida Dalem Semara Putra, Panglingsir Puri Satria/Puri Agung Denpasar, Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi (Cok Rat), Panglingsir Puri Agung Tabanan, Ida Tjokorda Anglurah Tabanan, I Gusti Arya Wedakarna, serta seluruh krama masyarakat. Selama waktu persembahyangam juga sejumlah pejabat hadir, termasuk Bupati Jembrana I Nengah Tamba dan Kajati Bali, I Ketut Sumadana.

Baca juga:  Desa Adat Selat Lestarikan Tradisi “Oncang-oncangan”

Pura Majapahit terletak di sebelah barat Kota Negara tepatnya di Desa Baluk (dulu masuk Desa Banyubiru). Pura yang berada di pinggir jalan Denpasar-Gilimanuk ini, berada di tengah-tengan permukiman warga yang mayoritas Muslim. Pura yang pujawalinya jatuh pada sasih kajeng kliwon tumpek wayang, sejak tahun 1965 pura ini telah direnovasi beberapa kali. Dari sebelumnya hanya beberapa are, kini luas pura sudah lebih dari 45 are. Saat itu masih ada pohon beringin besar.

Baca juga:  Sanksi Adat Diterapkan ke Keluarga Ketut Warka

Sejak tahun 1965 pohon beringin ditebang karena diperkirakan akan merusak bangunan seiring umur pohon yang semakin tua. Sedang tahun 2006 pemindahan kori dan perluasan pura. Dan tahun lalu, bagian luar Pura kembali dipugar dengan mendirikan arsitektur Pura Bali. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN