Orang-orang berbelanja di sepanjang jalan Pasar Ameyoko saat acara diskon akhir tahun di Tokyo, Jepang, Selasa (28/12/2021). (BP/Dokumen Antara)

TOKYO, BALIPOST.com – Wabah infeksi bakteri pemakan daging atau Streptococcus pyogenes dilaporkan tengah merebak di seluruh wilayah Jepang.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, Institut Nasional Penyakit Menular Jepang (NIID) menyebutkan kasus yang tercatat terus bertambah dengan jumlah pasien terjangkit sindrom dari bakteri tersebut atau streptococcol toxic-shock syndrome (STSS) nyaris 1.000 kasus atau persisnya 977 kasus dalam kurun waktu enam bulan sejak Januari 2024.

Disebut bakteri pemakan daging ini mampu merusak kulit, lemak dan jaringan yang menutupi otot dalam waktu singkat.

Gejala awal yang ditimbulkan dari terserang infeksi bakteri yang masuk ke dalam Grup A Streptococcus (GAS), di antaranya demam, nyeri dan radang tenggorokan. Dapat berkembang dengan cepat dan mengancam nyawa penderita karena berujung kegagalan organ hanya dalam hitungan hari.

Baca juga:  Vaksinasi Massal, Urkes Polres Tabanan Sasar Apuan 

Bakteri dapat menimbulkan kondisi yang serius jika menembus hingga aliran darah dan jaringan dalam.

Dari situlah, bakteri menyebar dan mulai memproduksi eksotoksin yang merusak sel serta jaringan tubuh. Kelompok paruh baya dan lansia di atas 50 tahun cenderung lebih rentan terhadap sindrom tersebut.

Setelah timbul gejala awal, seperti demam, nyeri dan mulai, tekanan darah menjadi rendah dan kondisi kian memburuk hanya dalam waktu 24 hingga 48 jam.

Baca juga:  Tabanan Jadi Penyumbang Terbanyak Korban Jiwa COVID-19 Harian, Ini Asal Desanya

“Sebagian besar kematian terjadi dalam 48 jam. Saat pasien merasakan kaki mereka bengkak di pagi hari, itu dapat menyebar ke lutut di siang hari dan dapat mengancam nyawa mereka dalam 48 jam,” menurut pakar penyakit menular Tokyo Women’s Medical University, Ken kikuchi.

Kementerian Kesehatan Jepang belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus STSS.

“Ada banyak faktor terkait mekanisme di balik bentuk Streptococcus yang parah dan tiba-tiba dan kami belum berada pada tahap menjelaskannya,” kata NIID.

Baca juga:  Tanaman Jeruk di Kintamani Diserang Nematoda

Namun, wabah infeksi itu juga berbarengan dengan ancaman penyakit di musim panas.
Terkait hal itu, Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo mengimbau seluruh warga negara Indonesia (WNI) di Jepang untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan menjaga asupan makanan yang baik, bersih, sehat dan bergizi.

Selain itu, WNI juga diminta untuk meminum banyak air putih, menggunakan topi atau payung, mengenakan pakaian ringan dan longgar, menggunakan tabir surya guna menghindari terkena sengatan panas (heat stroke). (kmb/balipost)

BAGIKAN