Wisatawan menggunakan krim pelindung kulit untuk mengurangi dampak sengatan sinar matahari saat berselancar di Pantai Kuta, Badung, Bali, Kamis (24/10/2019). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Sejumlah pariwisata di Pulau Bali mengalami fenomena peningkatan suhu udara. Hal itu dikatakan Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana I Nyoman Sunarta dalam lokakarya bertajuk Blue Citizenship dikutip dari Kantor Berita Antara, Selasa (25/6).

Fenomena urban heat island yang kentara terjadi di Denpasar. Daerah itu memiliki pertumbuhan pembangunan yang lebih cepat ketimbang daerah lain di Bali.

Selain itu, Desa Canggu yang berada di Kabupaten Badung juga mengalami fenomena serupa akibat kemacetan lalu lintas terjadi setiap hari.

Baca juga:  Penuhi Kebutuhan Warga Cegeng Selama Karantina, Distan Bantu Sayur Mayur

Emisi karbon dan tingginya kepadatan lahan terbangun menyebabkan panas matahari menjadi lama tersimpan dan terperangkap di permukaan bumi, sehingga menyebabkan pusat-pusat pariwisata memiliki suhu yang lebih hangat.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2001 hingga 2019 mengungkapkan bahwa peningkatan suhu di kawasan pariwisata dan perkotaan sebesar 0,1 derajat Celcius, sedangkan di perdesaan hanya sebesar 0,06 derajat Celcius setiap tahun. “Pengetahuan lokal harus dipertimbangkan di situ,” kata Sunarta.

Baca juga:  Ditahan, Ini Kata Jrx

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa pengetahuan lokal sangat penting sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang kini terjadi di Bali.

Pengetahuan lokal menawarkan solusi yang holistik dan terintegrasi untuk pelestarian ekosistem laut dan pesisir, karena menggabungkan aspek ekologis, sosial, dan budaya dalam satu kesatuan. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN