MANGUPURA, BALIPOST.com – Pariwisata Bali perlu diupdate agar tak ditinggalkan wisatawan. Sehingga, fasilitas baru menjadi hal yang diperlukan namun jangan melenceng dari konsep pariwisata budaya. Demikan disampaikan Ketua Bali Tourism Board (BTB) IB. Agung Partha Adnyana, Rabu (26/6) usai menikmati kuliner di Lounge in The Sky, Seminyak.
Ia mengatakan, kehadiran restoran “terbang” ini sesuai dengan domestik market. “Tetap 80 persen budaya, sedangkan yang seperti ini, gimmick agar Bali tetap terlihat update. Sesuatu yang baru ini bagus untuk domestik. Domestik kita butuh, haus dengan tempat, atraksi baru,” ungkapnya.
Senada, Ketua Kadin Bali I Made Ariandi, menilai Bali perlu diperbarui agar tetap menarik. “Ini sesuatu yang akan membuat menarik perhatian wisman dan Bali terus terlihat,” ujarnya.
Kadin dikatakan berupaya menumbuhkan investasi agar pertumbuhan ekonomi Bali bisa terjaga dan stabil. Dengan demikian fasilitas pariwisata perlu diperbarui.
“Ini akan menarik bagi China dan Australia dan akan menarik wisman, yang akhirnya bisa meningkatkan daya saing Bali dengan negara lain seperti Vietnam, Kamboja, Thailand,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa pariwisata Bali adalah pariwisata budaya berbasis kreatif. Sehingga kreativitas dan inovasi pariwisata bisa ditunjukkan dengan fasilitas pariwisata baru yang fleksible, dapat berpindah-pindah lokasi.
Sementara itu, Titiek Soeharto yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan fasilitas tersebut akan bisa menarik wisatawan lebih banyak. Selain itu menurutnya, pariwisata Bali dibandingkan negara tetangga masih kalah jauh karena turis yang datang masih kurang. Sehingga upaya-upaya menarik wisatawan seperti fasilitas pariwisata yang baru, diperlukan.
Presiden Direktur PT. Malka Manah Cipta, Darma Mangkuluhur Hutomo, pengelola lounge ini mengatakan pihaknya ingin mengangkat keunikan Bali dengan menghadirkan restoran yang dapat melihat pemandangan dari atas. Ia berharap, keberadaan restoran melayang ini menjadi destinasi pariwisata terbaik di Indonesia.
Restoran unik itu menyajikan pilihan makan malam dengan durasi satu jam atau makanan ringan dengan durasi 40 menit dimulai dari pukul 16.50 WITA, 18.00 WITA dan 19.30 WITA. Unuk menikmati sensasi tersebut, pengunjung harus merogoh uang minimal Rp800 ribu hingga Rp1,5 juta.
Selama berada di restoran gantung itu, pengunjung mengenakan sabuk pengaman, begitu juga staf yang bertugas dilengkapi alat keselamatan selama berada di udara. Makanan tidak dimasak di udara, namun tiga jenis hidangan satu per satu disajikan di restoran melayang itu. (Citta Maya/balipost)