Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penyaluran kredit di Bali April 2024 mengalami peningkatan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Namun demikian rasio non performance loan (NPL) atau kredit bermasalah mengalami peningkatan.

Hal ini, menurut Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, dipengaruhi berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit dampak Covid-19. Ia mengatakan dari sisi kualitas kredit perbankan di Bali tetap terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,25 persen.

Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi Maret 2024 yang sebesar 3,12 persen. Sementara itu NPL net berada di posisi 2,10 persen, juga lebih tinggi dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 1,77 persen.

Meningkatnya rasio NPL pada posisi April 2024 dipengaruhi oleh berakhirnya kebijakan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19. Namun demikian, peningkatan rasio NPL tersebut berada dalam batas yang terkendali.

Baca juga:  Lima Vaksin COVID-19 "Booster" Disetujui BPOM, Ini Paling Tinggi Hasilkan Titer Antibodi

Penyelesaian kredit restrukturisasi dan ekspansi kredit berdampak positif bagi penurunan rasio Loan at Risk (LaR) menjadi 16,01 persen dari sebelumnya 29,39 persen pada April 2023 (Maret 2024 yaitu 17,73 persen).

Ia akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko.

Penyaluran kredit mencapai Rp106,34 triliun atau tumbuh 6,65 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,27 persen yoy. Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit didorong nilai kredit investasi.

Baca juga:  Dana LUEP Dihentikan, Perpadi Pinjam di Bank

Kristrianti mengatakan, penyaluran kredit Bank Umum di Bali sebesar Rp93,69 triliun atau tumbuh 7,42 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan posisi April 2023 yang sebesar 3,25 persen yoy. Sementara itu, penyaluran kredit BPR posisi April 2024 mencapai Rp12,65 triliun atau tumbuh 1,33 persen yoy, lebih rendah dibandingkan posisi April 2023 yang sebesar 3,40 persen yoy.

Hal ini disebabkan karena pada 4 April 2024, OJK telah mencabut izin usaha dari PT BPR Bali Artha Anugrah sehingga menyebabkan penurunan baki debet penyaluran kredit BPR di Bali.

Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit yoy masih didorong oleh peningkatan nominal kredit Investasi yang bertambah sebesar Rp4,90 triliun atau tumbuh 18,64 persen yoy (April 2023 tumbuh 4,49 persen yoy).

Baca juga:  Bali Peringkat Tertinggi Penerapan Prokes se-Indonesia

Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali.

Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit didominasi oleh sektor Bukan Lapangan Usaha (konsumtif) sebesar 34,18 persen dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 29,94 persen. Pertumbuhan kredit disumbangkan oleh peningkatan nominal penyaluran di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang bertambah sebesar Rp1,52 triliun (tumbuh 5,02 persen yoy) serta Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha sebesar Rp1,50 triliun (tumbuh 4,32 persen yoy).

Berdasarkan kategori debitur, sebesar 53,15 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 8,47 persen yoy (April 2023 tumbuh 4,94 persen yoy). (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN