Beberapa wisatawan mancanegara (wisman) berjalan sambil melihat barang dagangan di pinggir Jalan Legian, Badung. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Inflasi Bali Juni 2024 yaitu 2,71 persen (yoy), tertinggi kelima secara nasional. Nilai dolar AS yang kian perkasa terhadap Rupiah jadi pemicu inflasi. Pengusaha bidang pariwisata yang bersentuhan langsung dengan transaksi dolar dapat keuntungan besar. Sementara pengusaha non-pariwisata masih terseok-seok akibat dampak pandemi. Analisis itu diungkapkan Dekan FEB Undiknas Prof. IB Raka Suardana, Selasa (2/7).

Dia mengatakan, inflasi di Bali meningkat karena ada uang beredar lebih banyak. Hal itu mengindikasikan masyarakat Bali memiliki tingkat konsumsi yang bagus sehingga daya beli masih tinggi. Hal itu pun menyebabkan harga barang-barang mengalami kenaikan.

Sementara di provinsi lain tidak demikian. Menurutnya hal itu terjadi karena Bali daerah pariwisata yang sudah mulai tumbuh sehingga ekonomi meningkat juga. “Secara teori pengeluaran yang lebih banyak tentu akan meningkatkan jumlah uang yang beredar. Jika jumlah uang yang beredar banyak maka harga barang pasti akan meningkat. Itu menyebabkan inflasi di Bali lebih tinggi dari nasional,” ungkapnya.

Baca juga:  Bawa Ratusan ABK, 4 Kapal Pesiar akan Sandar di Pelabuhan Benoa

Selain itu inflasi juga disebabkan nilai tukar Rupiah mengalami penurunan terhadap Dolar AS. “Sementara banyak konsumsi kita dari impor sehingga harganya mengalami peningkatan. Peningkatan harga menyebabkan salah satu indikator inflasi. Oleh karena itu karena jumlah uang beredar lebih banyak, dolar semakin naik harganya, sehingga barang-barang yang bahannya dari impor tentu mengalami peningkatan alias inflasi,” tandasnya.

Dengan kondisi dolar perkasa saat ini membuat pelaku usaha di bidang pariwisata yang bersentuhan langsung dengan transaksi dolar maka mendapatkan keuntungan cukup besar. Apalagi jika harga yang diterapkan menggunakan kurs dolar. Sementara pengusaha non pariwisata masih terseok–seok.

Baca juga:  Polygon Hadir di Eurobike Show

Selain itu, inflasi tinggi di Bali juga akibat harga bahan pangan yang menjadi penyumbang inflasi juga diiringi dengan Nilai Tukar Petani (NTP) Bali pada Juni 2024 yang naik 0,90 poin menjadi 102,99. Inflasi yang tinggi terutama disebabkan oleh bahan makanan yaitu beras juga terlihat dari NTP subsector tanaman pangan naik juga pada Juni 2024. Indeks NTP subsektor tanaman pangan tercatat naik sebesar 3,52 persen dari 94,82 pada bulan Mei 2024 menjadi 98,16.

Baca juga:  Dapatkan Minyak Goreng Curah Bersubsidi, Pedagang Disarankan Daftar

Deputi Direktur Bank Indonesia Provinsi Bali Andy Setyo Biwado mengatakan secara nasional, Bali masuk peringkat lima besar inflasi tertinggi, namun inflasi Bali pada Juni 2024 masih pada range target BI. “Bulan ini Bali mengalami penurunan harga (deflasi) cukup dalam -0,55 persen (mtm) sehingga secara tahunan inflasi Bali 2,71 persen (yoy), dan angka 2,71 persen itu sudah masuk range target sasaran nasional yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN