Salah satu kesenian Khas Suku Dayak Ngaju Kantingan yang ditampilkan pada PKB XLVI 2024, Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, Senin (8/7). (BP/Win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tim Kesenian Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah menyajikan seni tari dan musik khas Suku Dayak Ngaju Katingan, di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Bali, Senin (8/7).

Duta seni dari bumi Borneo itu tampil memikat dengan lantunan lagu khas Dayak lengkap dengan iringan gamelan atau musik dayak, seperti gitar sape dan gong. Sajian seni yang ditampilkan mengusung tema “Pembelun Utus Betang Panjang Palantaran Lumbah” atau kehidupan masyarakat dayak penghuni rumah panjang (Betang) di wilayah Kalimantan yang luas.

Tampak pementasan kesenian khas suku dayak itu mendapat perhatian pengunjung yang memadati Kalangan Angsoka. Tim kesenian KSBN membawa 5 garapan baik tarian maupun garapan musik.

Baca juga:  Karena Ini, Pintu Keluar Masuk Denpasar Diawasi Polisi, TNI dan Dishub

Penampilan awal menyajikan musik Karungut dan Sansana. Garapan seni ini melantunkan sastra tutur dayak untuk menyampaikan doa kepada Tuhan serta roh leluhur. Garapan ini berisi tutur pesan moral nasihat serta cerita kehidupan leluhur masa lampau yang perlu diteladani.

Sajian berikutnya menampilkan kesenian Kuntau, suatu keterampilan seni pencak silat tradisional yang mengambarkan kegagahan kemampuan Bela diri pemuda suku dayak. Dilanjutkan tari Manaring Upun Benyi, tarian yang menggambarkan ritual adat untuk mendoakan memuliakan benih padi agar secara spiritual disrestui oleh alam.

Baca juga:  Badung Padukan Kesenian dan Pertanian lewat FBP

Berikutnya disajikan lagu berjudul “Tetek Tatum Jaman Kayau”, lagu ini mengisahkan nenek moyang kehidupan suku dayak di Kalimantan di jaman ratap tangis perang kayau atau saling serang dan memotong Kepala. Lagu ini dinyanyikan langsung oleh gadis suku Dayak Asli, dr. Thea Arabella Saconk.

Tarian berikutnya dibawakan Tari Bawi Kuwu, yang berarti perempuan pingitan. Tarian ini memyiratkan pembahasan “memingit” bagi seorang gadis remaja saat memasuki usia dewasa. Pada saat dipingit, sang Bawi Kuwu diberikan bekal dan dijaga ketat oleh para kerabatnya sampai dia kembali ke rumah panjang dengan diusung di atas gong.

Baca juga:  Danrem Soroti Banyak WNA Langgar Prokes

Terakhir, dipersembahkan Tari Manasai, sebagai rangkaian penutup pertunjukan. Duta kesenian asal Borneo ini mengajak penonton yang hadir untuk Manasai atau menari bersama di atas panggung.

Winda Natalia selaku Koordinator KSBN berharap kesenian Suku Dayak Katingan lebih dikenal lagi di Bali, bahkan internasional. Natalia mengatakan dengan hadir di panggung PKB, kesenian Dayak bisa terus menembus panggung internasional ke depannya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN