Sederet bintang drama gong lawas yang tergabung dalam Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas tampil memukau di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali serangkaian PKB XLVI Tahun 2024, Kamis (11/7) malam. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sederet bintang drama gong lawas yang tergabung dalam Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas di bawah naungan Yayasan Bali Murda Citta memukau ribuan penonton yang memadati seluruh tribun Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali serangkaian PKB XLVI Tahun 2024, Kamis (11/7) malam. Mengangkat judul “Manik Kilat Bumi”, pertunjukan drama gong lawas ini disaksikan langsung oleh Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya.

Penampilan I Nyoman Subrata yang berperan sebagai Petruk masih mampu mengocok perut penonton dengan guyonannya yang segar dan spontan. Bahkan di tengah pertunjukan, Petruk, Perak dan punakawan lainnya mengundang Pj. Gubernur Mahendra Jaya dan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha naik ke atas panggung untuk berinteraksi dan membagikan hadiah berupa kaos kepada dua penonton.

Baca juga:  Ikuti 24 Materi di PKB, Badung Siapkan Anggaran Rp 7,7 Miliar

Naskah drama yang ditulis Jro Dasaran Suyadnya dibawakan secara apik oleh jajaran pemain drama gong senior. “Manik Kilat Bumi” berkisah tentang Waringin Sungsang, raja angkuh dan sombong yang ingin menguasai kerajaan di sekitarnya seperti Ratna Dwipa, Windu Pura dan lainnya.

Dari sekian banyak wilayah yang ingin dikuasai, hanya Kerajaan Merta Buana yang belum bisa ditaklukkan hingga ia pun menggunakan cara kotor dengan menggunakan ilmu hitam.

Diah Mertawati, putri satu-satunya kerajaan Merta Buana diteluh hingga sakit tanpa ada yang bisa mengobati. Karena kebingungan, putra-putra raja sepakat mencarikan orang pintar demi kesembuhan sang putri. Kabar itu didengar Patih Agung yang melapor kepada Raja Waringin Sungsang.

Lalu, sang raja memerintahkan Patih Agung mencegat putra dari Kerajaan Merta Buana. Karena tipu daya kelompok Waringin Sungsang, Raden Wira Jaya hampir kehilangan calon istri. Ia nyaris saling bunuh dengan Wira Darma karena memperebutkan Galuh Liku (Putri Raja Waringin Sungsang).

Baca juga:  Bali Jadi Salah Satu Market Utama Suzuki

Setelah serangkaian tipu daya, hari naas Raja Waringin Sungsang tiba dan ia akhirnya terkena tusukan keris Wira Jaya dan Wira Darma. Kematian Raja Waringin Sungsang membuat suasana menjadi gaduh. Atas restu Dukuh Banyu Biru yang memberikan Pusaka Manik Kilat Bumi, seluruh putra dari Kerajaan Merta Buana terselamatkan termasuk kesembuhan putri raja.

Lakon drama gong lawas ini diperankan sebanyak 23 pemain drama gong lawas. Diantaranya, Petruk Cs, Ida Bagus Pujana (Gus Apel), Ketut Sudiasa (Moyo), Blauk, Perak, Wayan Lodra, Nyoman Supadma, Yan Calo, Pak Randat, Anak Agung Gede Kartika, Dewa Ayu Oka Yuniari, Sang Ayu Ganti, Mongkeg, Luh Cablek, Jro Jani, Jro Suyadnya, Wayan Puja, Slamet, Luwes, Suratni, Sang Ayu Tirta, Madya, dan Ketut Suryanti (Tut Mas).

Baca juga:  Soal Akses Menuju Bandara Bali Utara, Gerindra Tanggapi Pernyataan Koster

Ketua Paguyuban Peduli Drama Gong Lawas, A.A. Gede Oka Aryana, S.H.,M.Kn., mengaku bangga karena antusias masyarakat Bali terhadap kesenian drama gong lawas masih sangat tinggi. Ini akan menambah semangat pangelingsir pemain drama gong lawas untuk menampilkan atraksi terbaiknya ke depan.

Pria yang kesehariannya sebagai notaris ini mengucapkan terima kasih kepada Pj. Gubernur Bali beserta Kepala Dinas Kebudayaan Bali atas kepeduliannya terhadap Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas yang telah memberikan ruang untuk tampil di PKB tahun ini. Begitu juga kepada masyarakat Bali yang cinta terhadap seni drama gong lawas. Pihaknya mengajak untuk bersama-sama menjaga kelestarian seni drama gong lawas ke depannya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN