Ilustrasi seorang terapis sedang melakukan pijat sehat. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pijat tidak bisa sembarangan. Banyak hal yang harus diperhatikan. Apalagi pijat yang dimaksud adalah pijat sehat yang fokusnya adalah titik saraf.

Menurut salah satu praktisi pijat sehat, Gede Kurnia Wijaya, Sabtu (13/7), saat ini pijat sehat (bukan spa) semakin digemari. Pijat sehat adalah pijat yang bertujuan untuk kesehatan dan kebugaran, bukan untuk kesenangan. Sehingga pijat sehat menurutnya tergolong tindakan preventif agar tidak menjadi sakit.

Baca juga:  Di Bali, Jumlah Anak Terpapar COVID-19 Capai 10 Persen dari Kumulatif

Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pijat sehat. Salah satunya tidak boleh memijat ibu hamil.

Selain itu ada bagi mereka yang sedang sakit, demam tinggi, dan hipertensi juga tidak boleh dipijat sehat.

“Karena dikhawatirkan ada efek samping dari pijatan. Hati-hati juga pemijatan di leher, perhatikan teknik pemijatan yang benar, mana urat yang boleh dipijat pada bagian kaki, itu menjadi perhatian yang penting biar tidak terjadi risiko. Makanya dipilih terapis yang sudah bersertifikat,” ujarnya.

Baca juga:  Lepas Penat, Pijat KTB Diminati

Pijat sehat, menurutnya, semakin digemari karena gaya hidup masyarakat dan kondisi pekerjaan yang memaksa untuk duduk berjam-jam di depan komputer. Minimnya olah tubuh membuat saraf dan otot menjadi kaku.

“Sehingga perlu dilemaskan dengan pijat. Makanya permintaan cukup banyak belakangan ini terutama pijat pria,” ungkap pemilik usaha KangUrut dan Pijatmu ini.

Bahkan peminat pijat sehat disebutnya hampir 70 persen adalah pria. Namun banyak dari para pria ini mengaku tidak nyaman pergi ke tempat pijat karena image tempat pijat juga melayani layanan seksual.

Baca juga:  Bali Tuntut Dua Persen Dana Bagi Hasil Devisa Pariwisata

Padahal, banyak orang yang ingin menikmati pijat sehat karena lelah beraktivitas. Ia pun membuka usaha pijat sehat khusus laki-laki dengan terapis laki-laki. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN