MANGUPURA, BALIPOST.com – Tren busana masa kini tidak hanya tergantung desain dan motif kain, juga memperhatikan dampak lingkungan. Hal itu terlihat dari semakin banyaknya perdagangan busana preloved atau thrifting, terutama di kalangan anak muda.
Salah satu penggiat busana berkelanjutan, Angela Trihapsari, Minggu (14/7) di Petitenget, Badung, mengatakan tren busana kini cenderung mengarah pada kesadaran lingkungan. Hal ini pula yang membuatnya merancang busana berdampak berkelanjutan.
Ia menyebut pasar internasional untuk busana berkelanjutan sangat potensial karena masyarakat global lebih aware terhadap dampak lingkungan. Perempuan yang memulai bisnisnya dari Bali ini menilai sebagai destinasi wisata, Bali menjadi kiblat tren busana dan akan lebih mudah memperkenalkan produk berkelanjutan ke pasar internasional.
Pendiri JS Cultura ini mengutarakan dirinya mengangkat keragaman budaya Indonesia menjadi produk fashion dengan sentuhan modern. Setiap desainnya dikerjakan secara ramah lingkungan.
Upaya ini, dikatakannya, akan menarik di mata dunia. Karena ia melihat tren busana yang diminati saat ini adalah busana yang memiliki dampak berkelanjutan.
Pada 10 rancangan desain busana yang diperagakan saat ditemui di Petitenget, Angela mengangkat tema Sumba Summer dengan menggunakan tencel poplin, 100% linen dan embroidery cotton. Pihaknya juga mendaur ulang bahan yang tersisa menjadi kreasi fesyen baru. Hal ini menekankan komitmennya terhadap budaya berkelanjutan.
“Setiap helai koleksi ini terinspirasi oleh motif tradisional Sumba yang didesain dan dibuat untuk melestarikan sekaligus mempromosikan warisan budaya Indonesia yang beragam,” jelasnya.
Dengan memadupadankan elemen tradisional dan desain kontemporer, koleksi ini berhasil nampak stylish namun nyaman digunakan. “Dengan memadukan budaya tradisional Indonesia dan desain kontemporer serta mengerjakannya secara berkelanjutan, kami berkeinginan para pemakai JS Cultura tidak hanya bangga terhadap budaya Indonesia tapi juga bangga berpartisipasi dalam budaya berkelanjutan,” ujar Angela.
Selain itu, ia juga mendesain busana untuk digunakan sehari-hari dan semi resmi. Dalam mendukung fashion berkelanjutan, pihaknya juga berkolaborasi dengan Komang Tri Jewellery menggunakan bahan dari botol kaca. Konsep triupcyle pada perhiasan kolaborasi itu disesuaikan dengan rancangan busaana berkelanjutannya. (Citta Maya/balipost)