Sejumlah wisatawan menikmati suasana sore hari di Pantai Double Six, Badung. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali kini nampak seolah-olah krodit gara-gara pariwisata yang bangkit pascapandemi. Banyak persoalan yang mencuat terutama menyangkut wisatawan asing yang tidak hanya berlibur tetapi juga berbisnis. Fenomena ini dikaitkan dengan Bali saat ini tengah menjadi tempat mengungsi warga negara asing berduit yang di negara asalnya sedang dilanda perang maupun bencana.

Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, saat diwawancarai Minggu (14/7) mengatakan, kekroditan pariwisata seolah-olah terjadi saat ini, padahal secara kuantitatif kunjungan belum sebanyak sebelum pandemi. Dia mengatakan, angka kunjungan wisman pada 2023 lalu baru 5,2 juta orang.

Sementara kunjungan sebelum pandemi (2019) yang mencapai 6,3 juta orang. “Tapi kenapa seolah-olah kita sedang krodit, macet seolah ada persoalan melebihi sebelum Covid,” katanya.

Baca juga:  Siwaratri, Pura Jagatnata Masih Sepi

Menurutnya, melihat fenomena ini tidak terlepas dari persoalan global atau eksternal yang terjadi saat ini. Seperti perang, beberapa negara yang mengalami ancaman terhadap ekonomi hingga faktor cuaca di beberapa negara. Terutama perang yang Tengah terjadi dikatakannya, tidak hanya memberi ancaman terhadap nyawa namun juga perekonomian anggota masyarakat di negara tersebut. “Dengan itu dia (wisman) mencari negara alternatif untuk bisa mengisi mata rantai mereka,” katanya.

Bali dengan tempat yang nyaman dan infrastruktur memadai, internet menjangkau semua pelosok hingga penerbangan yang ramai menjadi pilihan. Hal tersebut membuat wisman berbondong-bondong membawa uangnya ke Bali. “Mungkin pada awalnya mereka hanya seperti dalam tanda kutif pengungsi beruang. Pada akhirnya mereka mendapat tempat yang nyaman,” kata Cok Ace,

Baca juga:  Bukit Abang Longsor, Timpa Tiga Rumah Warga Terunyan

Ditambah pula, pemerintah dan Masyarakat Bali saat pandemi Covid-19 sangat rindu akan pariwisata sehingga muncullah kebijakan yang memudahkan wisman ke Bali. Seperti Work From Bali yang diikuti visa Second Home. Ini menurutnya menjadi pangkal atau penyebab terjadinya kondisi yang berbeda di Bali saat ini dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

“Saat covid kan belum ada perang, jadi walaupun kita beri kemudahan belum ada yang mau datang ke Bali. Sekarang dengan fasilitas dan didorong kondisi di luar negeri seperti itu, berbondong-bondonglah mereka membawa modalnya ke Indonesia khususnya Bali. Mereka bawa uang bukan tidak bawa uang,” ujarnya.

Baca juga:  Selama Sepekan, Pertumbuhan Penumpang Domestik di Bandara Ngurah Rai Naik Belasan Persen

Di sisi lain, Bali saat ini tengah menata peraturan perizinan yang berkaitan dengan industri pariwisata. Termasuk sistem perizinan melalui OSS yang menurutnya kurang cocok diberlakukan di Bali sehingga membuat pembangunan tidak terkendali.

Kondisi saat ini pun diakuinya membuat Bali yang sebelumnya tenang, aman dan nyaman menjadi hilang. Banyak wisatawan yang berulah, dari melanggar lalu lintas, tidak mau membayar di tempat makan ataupun penginapan hingga yang membuka usaha yang berujung pada hilang peluang masyarakat lokal. Hal ini menurutnya tentu harus ditegakan kembali dengan menegaskan aturan yang ada dibantu dengan perangkat hukum. (Widiastuti/bisnisbali)

 

BAGIKAN