BANGLI, BALIPOST.com – Konsep menyama braya atau persaudaraan bagi Umat Hindu di Bali terhadap siapapun di sekitar mereka sudah tertanam sejak lama. Apalagi saat menggelar karya yadnya yang tentunya rasa saling membantu terus dikedepankan.
Baik sumbangan dalam bentuk uang atau barang, maupun gotong royong atau ayah-ayahan. Hal inilah yang dilakukan krama Dadia Purin Ida Ratu Kauh, Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Serangkaian dengan Karya Agung Ngenteg Linggih, Makebat Daun, Mapadudusan Agung lan Manawa Ratna di Pura Kawitan Pusat Kayuan Bali Mula, ratusan krama Dadia Puri Ida Ratu Kauh, Desa Songan melaksanakan ayah-ayahan belum lama ini.
Krama yang kebanyakan laki-laki tersebut ngayah membuat berbagai sarana upacara. Beberapa di antaranya, memasang atap pawaregan, bale paselang, bale pedanan dan lainnya.
Salah satu Penglingsir Pura setempat, Jero Ketut Marsidi mengatakan antusias krama melaksanakan ayah-ayahan begitu terlihat. Dengan membawa peralatan masing-masing, mereka secara bersama-sama dan berbaur untuk ngayah.
Gotong royong ini bukan hanya sekedar tindakan altruistik, tetapi juga sebuah cerminan dari filosofi hidup yang tumbuh dalam masyarakat Bali.
Di mana individu-individu bersatu demi kebaikan bersama dan memegang teguh nilai-nilai tradisional yang telah ada selama berabad-abad. Ini adalah salah satu aspek unik dari kebudayaan Bali yang patut diapresiasi dan dijaga.
Puncak karya akan dilaksanakan pada Anggara Kasih Julung Wangi, 10 September 2024. Pada 21 Agustus 2024 akan digelar upacara pemelaspasan uparengga. (Pramana Wijaya/balipost)