Dua orang wisatawan mancanegara (wisman) jalan-jalan melihat suasana di wilayah Sanur, Denpasar. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com –  Pengembangan pariwisata di Sanur tak dapat dilepaskan dari sejarahnya. Maka dari itu pengembangan di luar konsep dikhawatirkan mengubah image Sanur sekaligus mengancam kehidupan sosial budaya masyarakat Sanur yang
terjaga cukup baik selama ini meski pariwisatanya juga berkembang.

Ketua Sanur Hospitality Forum Avi Purnomo yang juga merupakan GM Tandjung Sari Hotel, Sanur, Jumat (19/7) menuturkan, Sanur secara historis sudah dibentuk sedemikian rupa menjadi satu hunian yang nyaman, mengedepankan ketenangan peaceful, dan lifestyle-nya agak lebih elegan. Inilah yang menjadi ciri khas bahkan bisa dianalogikan sebagai DNA nya Sanur.

“Sedangkan kondisi sekarang dengan keluarnya izin untuk pembangunan mall disini yang sebetulnya secara identitas dan nilai tidak membawa nilai historis, yang dibangun sejak abad 19, tiba-tiba dalam waktu 2-3 tahun, berubah,” kata Avi Purnomo.

Baca juga:  Direncanakan Beroperasi Jelang KTT G20 2022, Hingga Kini Operasional TPST di Denpasar Molor

Ia sangat menyayangkan sebuah investasi yang tidak sesuai dengan inti dari DNA Sanur, seperti mal muncul di sana. “Secara natural sudah terlihat investasi ini tidak sesuai, tidak ada value-nya bagi Sanur,” bebernya.

Diakui, ia tidak menginginkan ada pergeseran yang mengubah wajah Sanur yang tenang, peaceful, mengedepan nilai seni budaya. “Saya kasihan saja. DNA Sanur ini sudah tumbuh dan mengakar, mungkin saja nantinya investasi yang tidak sesuai dengan DNA akan kalah. Namun, saya khawatir dengan upaya-upaya investor yang baru akan berupaya agar survive karena investasinya besar dikhawatirkan akan melakukan sesuatu yang dapat mengubah DNA Sanur,” ungkapnya.

Kejadian di kawasan lain seperti di Kuta, Seminyak, sangat disayangkan. Masyarakat juga tidak terlalu kuat untuk mempertahankan tradisi di sana dan begitu mudahnya menjual properti dan asetnya.

Baca juga:  Praperadilan Rektor Unud Dkk Ditolak, Ini Alasan Hakim

Sehingga hadirnya investor luar, tidak hanya asing yang tidak punya kekuatan secara nilai budaya, akan mengubau nilai nilai lokal. “Sekarang kekhawatiran saya adalah kalau sampai masyarakat di Sanur terbuai tergoda dengan itu, bisa akan hilang juga, kita akan bisa sama dengan daerah lain seperti di Kuta, Seminyak padahal satu satunya benteng tradisi yang masih bisa dijaga adalah Sanur salah satunya, masyarakat Sanur cukup kuat untuk menjaga nilai nilai itu,” ucapnya.

Ia optimis Sanur bisa bertahan dari godaan investasi yang menyesatkan selama masyarakat Sanur tidak terpecah namun memiliki suara sama. “Mungkin karena alasan ekonomi bisa saja itu terjadi, itu yang saya khawatirkan. Jangan sampai karena alasan ekonomi nilai ini hilang,” tandasnya.

Baca juga:  Tekan Penyebaran Kasus Covid-19 Dengan Eco Enzyme

Ia berharap nilai nilai yang berkembang di masyarakat dapat terjaga dengan seleksi investasi. Namun dengan sistem perizinan OSS, tujuannya adalah mempermudah investasi masuk tapi dalam prosesnya tidak melibatkan stakeholder lokal untuk memberi masukan maka kedepannya nilai nilai lokal akan hilang.

“Prakteknya memasukkan investasinya benar tapi nilai lokalnya hilang dan ini akan semakin lama semakin mengikis nilai nilai budaya, apa yang sudah dibangun bertahun tahun. Kami di sini sudah puluhan tahun menjaga nilai budaya nilai lokal dari daerah kita sendiri . Dengan hadirnya investasi yang tidak mengindahkan nilai nilai itu saya cukup khawatir dan menyayangkan. Apakah ini yang diharapkan pemerintah?” tanyanya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN