Herald van der Linde. (BP/may)

MANGUPURA, BALIPOST.com – “Majapahit, Nusantara Game of Thrones” didiskusikan pada Rabu (24/7) di Periplus, Berawa. Hadir dalam acara tersebut penulis buku Herald van der Linde dan pengamat budaya, I Wayan Juniarta.

Herald mengatakan, lewat buku Majapahit ini, ia ingin menyampaikan bahwa Kerajaan Majapahit seharusnya menjadi sesuatu yang membuat bangga. Sebab, Majapahit tak hanya kerajaan yang kuat di Nusantara tapi di Thailand dan Malaysia. Kedua, pesan yang ingin disampaikan adalah Majapahit merupakan kerajaan yang sangat toleran terhadap perbedaan agama, suku.

Banyak orang yang jauh jauh datang ke sana untuk berdagang. Mereka semua bisa hidup bersama.

Di Indonesia saat ini juga demikian. Sementara di belahan dunia lain seperti di Eropa, Amerika, toleransi semakin menurun. “Itu pelajaran buat kita semua di seluruh dunia bahwa Indonesia dan Majapahit dapat menciptakan toleransi, walau beda orang, beda agama, beda suku kalau menerapkan toleransi,” ujarnya.

Ia perlu waktu 3,5 tahun untuk menulis buku tersebut. Mulai dari membaca literasi, membaca sumber pertama, dan menemui ahli-ahli di Indonesia dan di luar untuk membantunya menerjemahkan prasasti yang berkaitan dengan Majapahit.

Baca juga:  Plang Nama Belum Beraksara Bali, Satpol PP Kirim Surat Teguran

Selain itu bekerja sama dengan beberapa orang, ia mencari fakta sejarah dari candi dan prasasti. Untuk menulis ia perlu waktu 1 tahun. Agar menarik dibaca, ia mengaku perlu waktu lebih lama. “Yang penting adalah ceritanya harus menarik, harus enak dibaca. Terkadang saya harus bikin asumsi, agar narasinya mengalir,” imbuhnya.

Kerajaan Majapahit tak banyak diketahui orang di luar negeri. Maka dari itu, ia menulis buku tersebut agar dapat dibaca banyak orang.

Buku berjumlah sekitar 400 halaman tersebut, sekitar 50 halaman berisi bibliografi buku dan prasasti, 50 halaman tentang fakta fakta dan asumsi yang diambil, sementara ceritanya sendiri berjumlah 300 halaman.

Herald van der Linde merupakan seorang ekonom yang menjadikan Jakarta sebagai rumahnya. Ia dan istrinya yang warga negara Indonesia tinggal di Hong Kong dan Jakarta. Dia kemudian bekerja sebagai ahli strategi di Afrika Selatan dan Taiwan sebelum menjadi Kepala Strategi Ekuitas HSBC untuk Asia.

Baca juga:  Pascakasus Bunuh Diri di Jembatan Tukad Bangkung, Badung Wacanakan Pasang Jaring Pengaman

Herald adalah Analis Keuangan bersertifikat (CFA), anggota dewan penasihat program Studi Tiongkok di Universitas Baptis Hong Kong, menguasai tujuh bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, dan merupakan dosen bersertifikat di Wine and Spirit Education Trust.

Sebelum menerbitkan buku “Majapahit, Nusantara Game of Thrones”, ia telah menerbitkan buku tentang wine pada tahun 2012 berjudul “A Good Year To Learn About Wine” dan buku tentang sejarah Jakarta pada tahun 2020 (“Jakarta: History of a misunderstood city”) dan sedang menyelesaikan buku baru tentang “How Asian Stock Markets Work” .

Pengamat budaya dan sejarah I Wayan Juniarta mengatakan, buku tersebut menarik karena penulis menggunakan sumber terpercaya yaitu Pararaton, Desa Warnana atau yang selama ini dikenal Negarakertagama dan Babad Tanah Jawi. Selain itu buku tersebut dikatakan menarik karena teknik penulisannya. Sejarah pergerakan dari zaman Kediri, Singasari dan Majapahit dituliskan dengan gaya novel (sastra).

Baca juga:  Kembali Tambah 50 Pasien Transmisi Lokal COVID-19, Seluruh Kabupaten/Kota Sumbang Kasus

“Sehingga terasa penderitaanya, pergulatan pikiran masing-masing tokoh, apa yang dirasakan oleh Arok, Ken Dedes, bagaimana Jayanegara menghadapi pemberontakan dari pengawal pribadi. Jadi tidak membosankan dibaca. Ada konflik, ada tokoh utama, dan klimaks,” ujarnya.

Selain itu buku tersebut juga mengandung humor karena menceritakan hal lucu namun tetap berdasarkan fakta sejarah. “Misalnya Mpu Prapanca yang dilukiskan, berdasarkan pengakuan Mpu Prapanca sendiri, di Negarakertagama bahwa ia adalah cowok yang engga laku, susah mendapat pasangan dan tidak cukup pencapaiannya menjadi penyair,” ujarnya.

Berbeda dengan nasib kerabatnya Mpu Tantular, penulis Sutasoma yang juga hidup sejaman dengan Mpu Prapanca. Menurutnya, buku ini bisa menjadi pintu masuk bagi anak anak muda Bali untuk belajar sejarah Majapahit dengan benar.

“Karena kita mewarisi Majapahit itu di semua bidang, arsitektur Bali, arsitektur puri, sistem pemerintahan, itu semua berdasarkan base Majapahit,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN