DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam rangka melestarikan budaya dan seni, desa adat berperan besar di dalamnya. Menyadari peran tersebut, Desa Adat Panjer, Denpasar Selatan kembali melanjutkan program Utsawa Dharma Gita yang cukup lama tak dilaksanakan.
Bandesa Adat Panjer, Anak Agung Ketut Oka Adnyana, belum lama ini menuturkan, di masa kepemimpinannya, program UDG akan kembali dihidupkan. Selain sebagai upaya pelestarian budaya, juga implementasi Perda Provinsi Bali nomor 4 tahun 2019 tentang pelestarian seni dan tradisi.
Lomba UDG dulu pernah dilakukan namun pelaksanaannya jeda sementara. Tahun ini akan kembali dilaksanakan. Selain itu, Desa Adat Panjer juga turut berkontribusi melakukan penguatan di bidang agama dengan pelaksanaan pasraman menyasar pemangku dan serati, pasraman anak-anak.
Dalam rangka meningkatkan SDM di panjer, pelaksanaan pasraman perlu dilakukan. Pasraman pemangku berkaitan dengan peningkatan pemahaman kepemangkuan karena pemangku sebagai pelayan umat sekaligus guruning jagat khususnya di Desa Adat Panjer harus mampu memberikan arahan kepada krama yang datang.
Pasraman serati dilakukan untuk memberi pemahaman pembuatan banten yang benar serta maknanya. Sedangkan pasraman anak-anak dilaksanakan pada 24 Juli.
Desa yang terdiri dari 9 banjar itu diakui telah merancang program 5 tahun dengan mengacu pada kearifan lokal Tri Hita Karana. Parahyangan menjadi keharusan program yang dilaksanakan yaitu pujawali di Pura Kahyangan Tiga setahun 2 sampai 3 kali.
Sementara di bidang pawongan, berupaya meningkatkan kualitas SDM. Di kelembagaan desa adat juga perlu penguatan seperti pembuatan awig-awig, pararem bertujuan mengatur krama desa agar tercipta lingkungan yang aman dan nyaman.
Di Desa Adat Panjer terdiri dari 7.000 krama uwed, 17.000 krama pendatang baik dari luar Denpasar, luar Bali bahkan orang asing. Sementara di bidang palemahan, menata lingkungan agar tetap bersih dan asri juga dilakukan. (Citta Maya/balipost)