NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Manggissari yang berada di dataran tinggi Pekutatan, memiliki sejumlah tempat wisata alam yang salah satunya menjadi ikon pariwisata Jembrana. Objek wisata Bunut Bolong dengan daya tarik pohon Bunut Bolong yang berada di tengah jalan utama penghubung antar kabupaten, yaitu Jembrana dan Buleleng, masih dipertahankan.

Di sekitar objek wisata tersebut, juga terdapat beberapa objek spiritual yang saat ini masih dikembangkan.

Pohon bunut dengan lubang besar di tengah ini sudah ratusan tahun.

Bendesa Manggissari, I Nyoman Linggih mengatakan Bunut Bolong merupakan salah satu objek yang berada di Manggissari yang masih dikembangkan.

Baca juga:  Desa Adat Besakih Kembali Gelar Karya Agung IBTK

Hingga saat ini, pohon di tengah jalan aspal untuk satu arah itu masih dipertahankan dengan kearifan lokalnya baik masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah. Objek wisata tersebut berada di Banjar Bunut Bolong dan sering menjadi tujuan wisata pendukung Pekutatan.

Di sekitar Bunut Bolong dengan nuansa alami, juga ada beberapa tujuan menarik untuk jelajah hutan maupun bersepeda. Seperti batu palungan yang berada di perkebunan warga dengan melintasi jalan setapak serta suasana perbukitan yang sejuk.

Desa ini memiliki histori sejak jaman penjajahan Belanda. Sejatinya dulu nama Manggissari adalah barak seng. Bangunan warisan zaman Belanda yang beratapkan seng merah.

Baca juga:  Warga Desa Adat Besakih Tak Berani Pelihara "Bangkung"

Kemudian diubah menjadi Manggissari pada tahun 1928 mengambil pohon manggis yang sangat besar dan sepanjang sejarah tidak pernah berbuah, hanya berbunga.

Konon menurut warga sekitar, Pohon Bunut di Bunut Bolong ini sejatinya tidak berlubang. Baru pada masa penjajahan Belanda, pohon bunut yang tinggi menjulang dan lebar ini dilubangi.

Sebab, banyak penduduk yang mulai tinggal di sekitar Manggisari saat masa penjajahan Belanda, untuk memperlancar arus transportasi perkebunan dibuat akses jalan.

Saat itu para pekerja pribumi yang dikerjakan oleh VOC membuka akses jalan dari perkebunan hingga ke pelabuhan. Tetapi sampai di sekitar lokasi Pura, terhalang bunut yang lebar dan berukuran besar. Mereka tidak bisa melintas karena di sisi kiri terdapat jurang, dan di sisi utara terdapat Pura.

Baca juga:  Genggong Diambang Kepunahan

Akhirnya diputuskan untuk melubangi pohon bunut itu. Sepintas terlihat lubang di bunut itu terlihat kecil, tetapi sejatinya bisa dilintasi truk besar.

Kepercayaan masyarakat hingga kini, bila ada yang melewati lubang bunut ini, wajib untuk permisi. Entah itu pejalan kaki maupun kendaraan. (Surya Dharma/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN